Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: 909 Tewas dalam Bunuh Diri Massal di Jonestown

Kompas.com - 18/11/2019, 05:33 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Sumber History

 

KOMPAS.com - Hari ini 41 tahun lalu, pendiri Peoples Temple Jim Jones memimpin ratusan pengikutnya untuk melakukan aksi bunuh diri massal di sebuah perkebunan di Guyana, negara terpencil di Amerika Selatan pada 18 November 1978.

Mereka melakukan bunuh diri dengan cara meminum racun, baik secara sukarela maupun diancam dengan menggunakan senjata.

Tercatat, jumlah korban yang meninggal pada hari itu adalah 909 orang, sepertiga di antaranya adalah anak-anak.

Dikutip dari History, Jim Jones merupakan seorang pendeta karismatik yang mendirikan Peoples Temple, sebuah sekte dalam Kristen di Indianapolis pada tahun 1950-an.

Khotbahnya tentang kecaman terhadap rasisme menarik banyak simpati orang Afrika-Amerika.

Pada tahun 1965, ia memindahkan kelompoknya itu ke California Utara dan setelah tahun 1971 mereka berpindah ke San Francisco.

Di tahun 1970-an, gereja Jones dituduh media telah melakukan penipuan keuangan, penganiyaan fisik terhadap para anggotanya dan anak-anak.

Menanggapi kritik itu, Jones yang semakin paranoid mengajak pengikutnya untuk pindah ke Guyana.

Tiga tahun sebelumnya, beberapa orang pengikutnya telah lebih dulu pergi ke negara terpencil itu untuk mendirikan apa yang mereka sebut dengan surga Jonestown di sebuah bidang tanah.

Jonestown

Pada kenyataannya, Jonestown tak pernah menjadi surga seperti yang dijanjikan oleh pemimpin mereka.

Para anggota Peoples Temple setiap hari bekerja di ladang dan akan mendapat hukuman ketika mereka mempertanyakan wewenang Jones.

Paspor mereka disita dan surat-surat mereka disensor.

Jones seringkali meminta para anggotanya untuk ikut dalam latihan bunuh diri pada tengah malam.

Pada tahun 1978, beberapa mantan anggota Peoples Temple meyakinkan anggota Kongres Amerika Serikat dari California, Leo Ryan untuk pergi ke Jonestown dan menyelidiki pemukiman itu.

Pada 17 November 1978, Ryan bersama sejumlah jurnalis dan pengamat tiba di Jonestown.

Awalnya, kunjungan tersebut berjalan dengan baik. Namun, ketika rombongan Ryan hendak meninggalkan daerah itu, beberapa warga Jonestown meminta agar ikut pulang beserta rombongan.

Mengetahui pengkhianatan pengikutnya, Jones merasa tertekan dan menyuruh bawahannya untuk menyerang Ryan dengan pisau.

Beruntung, Ryan berhasil melarikan tanpa terluka.

Jones kemudian meminta beberapa pengikutnya untuk menyergap dan membunuh rombongan Ryan di landasan udara ketika mereka berusaha pergii.

Kali ini, nasib Ryan beserta rombongannya tak tertolong. Ryan beserta empat orang lainnya dibunuh ketika mereka naik pesawat sewaan.

Setelah peristiwa itu, Jones meminta semua pengikutnya untuk berkumpul di gedung utama dan melakukan apa yang disebutnya sebagai tindakan revolusioner.

Mereka yang meninggal pertama-tama adalah anak-anak.

Mereka diracun menggunakan campuran sianida, obat penenang dan jus buah yang disemprotkan ke dalam tenggorokan mereka dengan jarum suntik.

Setelah semua anak meninggal, giliran orang dewasa yang meminum sebuah ramuan bercampur racun.

Saat meminum racun itu, para penjaga bersenjata lengkap telah mengelilingi mereka dan bersiap untuk menembak siapa pun yang enggan meminumnya.

Ketika para pejabat Guyana tiba di kompleks Jonestown di hari berikutnya, mereka mendapati ratusan orang tergeletak tak bernyawa.

Beberapa orang selamat karena berhasil melarikan diri ke hutan ketika bunuh diri terjadi.

Sementara itu, beberapa putra Jones selamat karena mereka tengah berada di daerah lain pada saat bunuh diri massal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Adakah Manfaat Berhenti Minum Kopi?

Adakah Manfaat Berhenti Minum Kopi?

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 31 Mei-1 Juni 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 31 Mei-1 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Bayi Tertabrak Fortuner, Orangtua Bisa Dipidana? | Mahasiswa UM Palembang Diduga Plagiat Skripsi Lulusan Unsri

[POPULER TREN] Bayi Tertabrak Fortuner, Orangtua Bisa Dipidana? | Mahasiswa UM Palembang Diduga Plagiat Skripsi Lulusan Unsri

Tren
Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Tren
Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Tren
Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Tren
Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Tren
9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

Tren
MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

Tren
Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Tren
Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tren
Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Tren
Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Tren
China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com