Ia mengungkapkan, ketika masih menjadi gubernur, Ahok memiliki gaya komunikasi politik yang memang cenderung lebih apa adanya karena Ahok tumbuh dari latar belakang budaya yang seperti itu.
"Namun, dalam perspektif komunikasi politik, menurut saya, gaya komunikasi Ahok itu kurang peka pada konteks sosiokultural masyarakat kita yang multietnis dan multikultur," ujar dia.
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Mada Sukmajati, mengatakan, adu argumen antara Ahok dan Anies sudah bisa dilihat sejak Pilkada 2017.
Dia mengungkapkan, secara umum, Anies dan Ahok memiliki tipe yang berbeda.
"Kalau Ahok itu kan seperti praktisi, begitulah, dia tahu detail, dia eksekutor. Kalau Anies kan dia lebih teoretis sehingga memang harga yang harus dibayar ya misalnya soal detail itu tidak menjadi bagian dari keterampilan Anies," kata Mada.
"Jadi ini sekaligus menunjukkan model kepemimpinan yang dibutuhkan DKI atau secara umum oleh Indonesia," ujar dia.
Menurut Mada, dahulu terdapat istilah model kepemimpinan administrator dan solidarity maker.
Mada menyebutkan bahwa model administrator layaknya dimiliki oleh Bung Hatta, sedangkan solidarity maker dimiliki oleh Soekarno.
"Nah, ini kira-kira arahnya hampir samalah ya, si Ahok ini bisa kita masukkan kategori administrator, sedangkan Anies solidarity maker," papar dia.
Baca juga: 2 Tahun Anies Pimpin Jakarta, Tanpa Wakil, Pencapaian, hingga Kontroversi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.