Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kristal Es Bak Salju Muncul di Gunung Gede, Kenapa Bisa Terjadi?

Kompas.com - 07/10/2019, 21:38 WIB
Nur Rohmi Aida,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Fenomena kristal es kembali muncul. Kali ini kemunculannya adalah di Alun-alun Surya Kencana, Gunung Gede Jawa Barat Minggu (6/10/2019).

Dilansir dari Kompas.com Senin (7/10/2019), disampaikan salah satu pemandu gunung yang berasal dari Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia, Ade Wahyudi, kristal es yang muncul kali ini tak seperti biasanya karena cakupan wilayhnya lebih luas.

Ade menyampaikan, berdasarkan apa yang ia amati, pemandangan di gunung berketinggian 2.958 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut laksana serakan padang es.

Menanggapi fenomena serakan yang terjadi di Gunung Gede, Kompas.com pada Senin (7/10/2019) menghubungi Kedeputian Klimatologi BMKG, Indra Gustari. Indra menyampaikan apa yang terjadi di Gunung Gede, mirip dengan apa yang pernah terjadi di Dieng.

“Kalau dari cirinya, dari laporan masyarakat atau para pendaki, sama-sama terbentuk seperti salju. Hipotesa kita mirip yang terjadi di Dieng," ujarnya.

Baca juga: Fenomena Kristal Es seperti Salju Kembali Muncul di Gunung Gede

Ia menyampaikan, fenomena ini juga disebut dengan frost.

“Kalau di Gunung Gede, kita belum pasang alat, tapi ini mirip Dieng,” kata Indra.

Wilayah Lain Alami Cuaca Panas

Fenomena yang terjadi di Gunung Gede ini menjadi perhatian khalayak. Salah satu alasannya adalah beberapa wilayah lain saat ini justru mengalami cuaca panas.

Ketika ditanya mengenai hal ini, Indra menyampaikan terdapat tiga hal yang mempengaruhi, yakni musim kemarau, ketinggian, dan pengaruh udara dingin dari Australia.

“Kenapa terjadi, pertama karena musim kemarau. Apabila musim hujan, frost itu menghilang, sementara kalau kemarau dia bisa bertahan,” ujarnya.

Saat musim kemarau, suhu yang ada pada siang hari panas terik, ketika malam maka gelombang panas tersebut dilepas di atmosfer sehingga suhu bisa lebih dingin ketika pagi.

Kedua ia menyebut, penyebabnya terjadi karena gunung Gede berada di daerah elevasi tinggi atau kawasan pegunungan.

“Udara kalau muncul dari lembah, nantinya semakin naik, maka suhunya akan semakin turun karena proses di atmosfer,” terangnya.

Faktor yang ketiga, ia menyampaikan, saat ini masih terdapat udara dingin kiriman dari Australia.

"Kalau dilihat di Jawa saat ini, masih kuat angin dari selatan, berbeda dengan di wilayah Sumatera yang umumnya memuat angin dari Asia," ujar Indra lagi.

Kombinasi ketiga hal tersebut menyebabkan kenapa udara dingin khususnya daerah Jawa dengan ketinggian di atas 2.500 mdpl berisiko timbul embun salju.

Hawa Kering

Terkait adanya embun es di Gunung Gede ini, Indra menghimbau agar para pendaki yang hendak kesana untuk lebih mewaspadai masalah dehidrasi.

“Kalau sekarang dari embun tak membahayakan, tapi ya diliat dari kekeringannya, perlu diwaspadai, suhu tinggi di siang hari, bisa dehidrasi,” ujarnya.

Baca juga: Viral Fenomena Embun Beku di Bromo-Semeru, Apa Bedanya dengan Salju?

Ia juga menyampaikan, karena kecenderungan hawa yang kering dan banyaknya lahan yang kering karena musim kemarau ia menghimbau kepada para pendaki untuk berhati-hati terhadap risiko kebakaran.

Sementara untuk suhu dingin ia menyampaikan, suhu dingin akan terjadi pada malam dan dini hari sehingga tetep diperlukan jaket dan sarung tangan.

“Kalau untuk dingin hanya malam dan dini hari. Makanya salju terlihat dini hari, siang menghilang karna kenaikan suhu dan binaran matahari,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Disebut Dapat Rp 850 Juta dari Kementan, Ini Pengakuan Nasdem

Disebut Dapat Rp 850 Juta dari Kementan, Ini Pengakuan Nasdem

Tren
Manfaat Mengonsumsi Karbohidrat Setelah Olahraga

Manfaat Mengonsumsi Karbohidrat Setelah Olahraga

Tren
17 Aturan Aneh yang Ada di Korea Utara, Melanggar Bisa Dihukum Mati

17 Aturan Aneh yang Ada di Korea Utara, Melanggar Bisa Dihukum Mati

Tren
UKT Tahun Ini Batal Naik, Bagaimana Mahasiswa yang Telanjur Bayar?

UKT Tahun Ini Batal Naik, Bagaimana Mahasiswa yang Telanjur Bayar?

Tren
Parade 6 Planet Berbaris Sejajar 3-4 Juni 2024, Bisakah Dilihat dari Indonesia?

Parade 6 Planet Berbaris Sejajar 3-4 Juni 2024, Bisakah Dilihat dari Indonesia?

Tren
Gaji Ke-13 Cair Juni 2024, Ini Besaran dan Kelompok Penerimanya

Gaji Ke-13 Cair Juni 2024, Ini Besaran dan Kelompok Penerimanya

Tren
Potret Rwanda, Dulu Hadapi Genosida Terparah, Kini Berubah Jadi Negara Terbersih di Dunia

Potret Rwanda, Dulu Hadapi Genosida Terparah, Kini Berubah Jadi Negara Terbersih di Dunia

Tren
Gaji Karyawan Dipotong 3 Persen Dana Tapera, Berlaku Mulai Kapan?

Gaji Karyawan Dipotong 3 Persen Dana Tapera, Berlaku Mulai Kapan?

Tren
Nomophobia dan Urgensi Detoks Dunia Digital

Nomophobia dan Urgensi Detoks Dunia Digital

Tren
Rincian Biaya Kuliah Universitas Mercu Buana 2024/2025

Rincian Biaya Kuliah Universitas Mercu Buana 2024/2025

Tren
Kisruh soal Penangkapan Pegi dan Penghapusan DPO Pembunuhan Vina, Kompolnas Akan Minta Klarifikasi Polda Jabar

Kisruh soal Penangkapan Pegi dan Penghapusan DPO Pembunuhan Vina, Kompolnas Akan Minta Klarifikasi Polda Jabar

Tren
Idul Adha 2024 Tanggal Berapa? Ini Menurut Muhammadiyah dan Pemerintah

Idul Adha 2024 Tanggal Berapa? Ini Menurut Muhammadiyah dan Pemerintah

Tren
Berapa Lama Durasi Jalan Kaki untuk Mengecilkan Perut Buncit?

Berapa Lama Durasi Jalan Kaki untuk Mengecilkan Perut Buncit?

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 28-29 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 28-29 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Tanda Kolesterol Tinggi yang Kerap Diabaikan | Bantah Bunuh Vina, Pegi Tetap Diancam Hukuman Mati

[POPULER TREN] Tanda Kolesterol Tinggi yang Kerap Diabaikan | Bantah Bunuh Vina, Pegi Tetap Diancam Hukuman Mati

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com