Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1 September 1969, Muammar Gaddafi Pimpin Kudeta Libya

Kompas.com - 01/09/2019, 12:15 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Gagasan itu pun berpengaruh kepada Gaddafi. Kepemimpinan Raja Idris yang tidak sejalan dengan gagasan Pan Arabisme ditentang oleh Gadaffi dan sejumlah perwira militer lainnya

Setelah berhasil mengemban jabatan pemimpin militer di tahun 1969, tak butuh waktu lama bagi Gaddafi untuk bermanuver.

Ketika Raja Idris sedang berada di Turki untuk menjalani pengobatan akibat penyakit di kakinya, Gaddafi bersama pasukannya mengambil alih kekuasaan melalui kudeta tak berdarah.

Kabar revolusi ini pun tersebar secara luas di masyarakat.

Baca juga: Putra Muammar Gaddafi Calonkan Diri Jadi Presiden Libya

Diangkat sebagai Presiden Libya

Setelah mendapat dukungan dari seluruh masyarakat, Gaddafi kemudian diangkat menjadi Presiden Libya dan mengumumkan lahirnya Republik Arab Libya.

Pemerintahan Libya di bawah kepemimpinan Gadaffi memadukan corak ortodoksi Islam, sosialisme, dan nasionalisme Arab.

Kekagumannya terhadap sosok Gamal Abdel Nasser banyak berpengaruh terhadap corak kepemimpinannya.

Nasser yang anti-imperialisme Barat mengilhaminya untuk menerapkan kebijakan anti-Barat. Terbukti ia telah memindahkan pangkalan militer AS dan Inggris serta menasionalisasi perusahaan minyak asing.

Usaha itu pun membuahkan hasil. Dalam buku The Goverment and Politics of The Middle East and North Africa (2002) disebutkan bahwa pemerintah Gaddafi berhasil memperoleh pendapatan dari sektor minyak dari 1.175 juta dollar Amerika Serikat (AS) di tahun 1969 menjadi 6 miliar dollar AS di tahun 1974.

Dengan pendapatan negara yang besar, ia membangun infrastuktur negara, sekolah, universitas, rumah sakit, dan beberapa sektor lainnya.

Kendati demikian, gaya kepemimpinan Gaddafi yang otoriter dan represif tidak disukai oleh banyak kalangan.

Ia juga menerapkan kembali hukum Islam tradisional, seperti larangan minum alkohol dan perjudian.

Meski demikian, Gadaffi tetap memberi ruang kebebasan bagi perempuan. Sebuah kebijakan yang jarang terjadi di negara Arab pada waktu itu.

Untuk merealisasikan cita-citanya dalam menyatukan negara Arab, Libya berusaha menggandeng negara tetangganya, Mesir.

Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Muammar Gaddafi, Diktator Libya yang Digulingkan

Namun harapan itu kandas ketika Mesir di bawah kepemimpinan Anwar Sadat memilih jalan damai dengan Israel melalui perjanjian Camp Davis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com