Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ibu Kota Baru Kalimantan Timur Disebut Minim Bencana, Ini Potensi Bencananya

Kompas.com - 26/08/2019, 14:05 WIB
Rosiana Haryanti,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo mengumumkan ibu kota baru berada di Provinsi Kalimantan Timur, tepatnya di Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara.

"Lokasi ibu kota baru yang paling ideal adalah di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kertangera, Provinsi Kalimantan Timur," ujar Presiden dalam konferensi pers di Istana Negara, Jakarta, Senin (26/8/2019).

Pemindahan lokasi ibu kota ini selain karena alasan pemerataan, wilayah Pulau Kalimantan juga disebut minim akan potensi bencana, seperti longsor, gempa bumi, dan lainnya.

Meski begitu, arsip pemberitaan Kompas.com, 24 Agustus 2019 menyebutkan, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan wilayah ini tidak sepenuhnya bebas dari gempa.

Baca juga: Jokowi Ungkap Sumber Pendanaan Pembangunan Ibu Kota Baru di Kaltim

Menurutnya, ada 3 sesar yang berada di wilayah Kalimantan Timur.

Daryono menambahkan, secara geologi dan tektonik, di Provinsi Kalimantan Timur sendiri terdapat 3 struktur sesar sumber gempa, yakni Sesar Maratua, Sesar Mangkalihat, dan Sesar Paternostes.

Menurutnya, dua sesar yakni Sesar Maratua dan Sesar Mangkalihat masih menunjukkan tanda keaktifan. Kedua sesar ini berada di Kabupaten Berau dan Kabupatan Kutai Timur.

Tanda keaktifan kedua sesar ini terlihat dalam peta seismitas yang menunjukkan 2 zona besar dengan aktivitas kegempaan cukup tinggi. Kedua zona ini mebentuk klaster sebaran pusat gempa yang berarah barat sampai timur.

Bahkan dalam kajian Pusat Studi Gempa Nasional (PUSGEN), wilayah Sesar Mangkalihat memiliki potensi magnitudo mencapai 7,0. Sesar ini dapat berdampak hingga skala intensitas VI-VII MMI.

"Artinya gempa yang terjadi dapat menimbulkan kerusakan tingkat sedang hingga berat di Semenanjung Mangkalihat dan sekitarnya," ujar Daryono.

Sedangkan Sesar Paternostes tergolong kategori sesar tersier. Adapun letak sesar ini berada di jalur berarah barat hingga timur. Berdasarkan panutauan BMKG, jalur sesar ini masih sering terjadi gempa.

Atas adanya kajian potensi gempa ini, Daryono mengimbau agar masyaraat merespons kabar tersebut dengan upaya mitigasi yang tepat.

Potensi bencana lainnya

Selain gempa, wilayah Kalimantan Timur juga memiliki risiko rawan banjir. Artikel Kompas.com, 22 Agustus 2019 menyebutkan, berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Penanggulangan Bencana (BNPB), risiko rawan banjir di wilayah ini terdapat pada wilayah yang dekat dengan hulu daerah aliran sungai (DAS).

Baca juga: Profil Kutai Kartanegara, Salah Satu Lokasi Ibu Kota Baru di Kalimantan Timur

Bahkan Plh Kapusdatin BNPB Agus Wibowo menjelaskan, risiko rawan banjir tersebut berada di Kabupaten Kutai Kartanegara yang menjadi salah satu area ibu kota baru dan Kota Samarinda.

Selain utu, Kalimantan Timur juga menyimpan potensi bencana lain yakni deforestasi atau penggundulan hutan. Disebutkan, lahan hijau di wilayah ini berkurang cukup signifikan. Penggundulan hutan ini menyebabkan banyaknya banjir yang terjadi di Kaltim.

Potensi bencana lainnya adalah hutan di provinsi ini pun juga berkurang akibat pembakaran, dehingga menyebabkan asap. Adapun terakhir adalah penemaran minyak di wilayah perairan laut.

Pencemaran ini salah satunya diakibatkan oleh wilayah perairan Kalimantan Timur yang menjadi jalur pelayaran antar pulau, baik ke Sulawesi maupun ke Jawa.

Meski masih memiliki potensi bencana, namun secara umum wilayah Pulau Kalimantan masih relatif aman jika dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia.

(Sumber: Kompas.com/Ihsanuddin, Retia Kartika Dewi, Luthfia Ayu Azanella)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com