Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bagaimana Wolbachia Menurunkan Penyebaran DBD? Berikut Penjelasannya

Kemenkes mengungkapkan, pemanfaatan wolbachia sudah terbukti efektif di sembilan negara, yakni: Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Meksiko, Kiribati, Kaledonia Baru, dan Sri Lanka.

Di Indonesia, teknologi wolbachia sudah masuk dalam Strategi Nasional atau Stranas dengan lima kota sebagai pilot project sesuai dengan Kepmenkes Nomor 1341 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Implementasi Wolbachia sebagai Inovasi Penanggulangan Dengue.

Lima kota yang dimaksud, yaitu Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang, dan Bontang.

“Efektivitas wolbachia sendiri telah diteliti sejak 2011 yang dilakukan oleh World Mosquito Program (WMP) di Yogyakarta dengan dukungan filantropi Yayasan Tahija,” tulis Kemenkes pada laman resminya, Senin (13/11/2023).

“Penelitian dilakukan melalui fase persiapan dan pelepasan Aedes aegypti ber-wolbachia dalam skala terbatas (2011-2015),” lanjut keterangan itu.

Cara wolbachia menurunkan kasus DBD

Kemenkes mengungkapkan, uji coba penyebaran nyamuk berwolbachia pernah dilakukan di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul pada 2022.

“Hasilnya, di lokasi yang telah disebar wolbachia terbukti mampu menekan kasus demam berdarah hingga 77 persen dan menurunkan proporsi dirawat di rumah sakit sebesar 86 persen,” ungkapnya.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani juga mengungkapkan adanya penurunan penyebaran DBD yang signifikan setelah adanya penerapan wolbachia.

“Jumlah kasus di Kota Yogyakarta pada bulan Januari hingga Mei 2023 dibanding pola maksimum dan minimum di 7 tahun sebelumnya (2015-2022) berada di bawah garis minimum,” terang Emma

Wolbachia disebut dapat melumpuhkan virus dengue yang ada di dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti. Sehingga, virus dengue tersebut tidak akan menular ke dalam tubuh manusia.

Nyamuk Aedes aegypti merupakan inang utama dari virus dengue.

Jika Aedes aegypti jantan mempunyai wolbachia di dalamnya tubuhnya dan kawin dengan betinanya, virus dengue pada nyamuk betina akan terblokir.

Selain itu, jika yang memiliki wolbachia adalah nyamuk betina dan kemudian kawin dengan nyamuk jantan tidak ber-wolbachia, makan seluruh telurnya akan mengandung wolbachia.

Meski begitu, keberadaan inovasi teknologi wolbachia tidak serta merta menghilangkan metode pencegahan dan pengendalian dengue yang telah ada di Indonesia.

Kemenkes mengimbau agar masyarakat tetap melakukan gerakan 3M Plus, yakni menguras, menutup, dan mendaur ulang, serta tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

Mengenal wolbachia

Dilansir dari laman WMP, wolbachia adalah bakteri yang sangat umum muncul secara alami pada 50 persen spesies serangga, termasuk sejumlah nyamuk, lalat buah, ngengat, capung, dan kupu-kupu.

Wolbachia hidup di dalam sel serangga dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikut melalui telur mereka.

Nyamuk Aedes aegypti biasanya tidak membawa wolbachia, tetapi banyak nyamuk lain yang membawanya.

Wolbachia dianggap aman bagi manusia dan lingkungan. Hal itu diketahui dari analisis risiko independen yang menunjukkan, pelepasan nyamuk ber-wolbachia memiliki risiko sangat kecil bagi manusia dan lingkungan.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/11/17/143000565/bagaimana-wolbachia-menurunkan-penyebaran-dbd-berikut-penjelasannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke