Mengenal Perbatasan Rafah, Pintu Utama Evakuasi Warga Gaza ke Mesir di Tengah Konflik Hamas-Israel

Perbatasan Rafah menjadi akses penyaluran bantuan kemanusiaan dari wilayah Mesir menuju Gaza.

Terkini, perbatasan Rafah digunakan untuk mengevakuasi warga yang berada di Gaza ke Mesir.

Lantas, apa itu perbatasan Rafah?

Mengenal perbatasan Rafah

Dilansir dari CNN, perbatasan Rafah merupakan satu-satunya titik penyeberangan dari Gaza ke Mesir.

Sesuai namanya, perbatasan ini berada di kegubernuran Rafah, wilayah paling selatan Jalur Gaza.

Penutupan perbatasan yang dilakukan oleh Mesir seringkali bergantung pada situasi keamanan dan politik.

Jika tidak terjadi konflik, perbatasan Rafah dibuka secara terbatas. Hanya warga Gaza yang memiliki izin dan warga negara asing yang dapat menggunakannya untuk melakukan perjalanan antara Gaza dan Mesir.

Rata-rata, 27.000 orang melintasi perbatasan setiap bulan pada tahun ini saat akses itu dibuka selama 138 hari dan kemudian ditutup selama 74 hari.

Meski Israel tidak memiliki kendali atas penyeberangan tersebut, seringkali Mesir menutupnya ketika ada pengetatan pembatasan oleh Israel di Gaza.

Warga Gaza yang ingin melintasi perbatasan bahkan seringkali harus menunggu 30 hari hingga sekitar tiga bulan.

Sempat ditutup pada awal konflik Hamas-Israel

Dilansir dari TheGuardian, perbatasan Rafah sempat ditutup pada awal konflik terbaru antara Hamas dengan Israel di Gaza meski ada tekanan internasional untuk membukannya.

Kini, dengan intervensi internasional dan mediasi Qatar, pintu utama Gaza-Mesir tersebut telah dibuka.

Namun, perbatasan tidak dibuka secara bebas. Hanya warga negara ganda dan memiliki paspor asing yang tinggal di Gaza yang bisa melewati perbatasan.

Selain itu, orang-orang yang terluka dan membutuhkan bantuan perawatan di luar Gaza juga bisa melewati perbatasan itu.

Korban konflik yang bisa lewat Perbatasan Rafah

Untuk para korban luka, mereka akan dibawa ke penyeberangan dengan ambulans Palestina. Satu ambulans berisi dua korban diangkut ke pusat triase yang dikelola oleh paramedis Mesir.

Paramedia Mesir kemudian memeriksa korban luka dan memasukkan mereka ke dalam armada ambulans Mesir yang telah menunggu.

Direktur RS Nasser di Gaza Nahed Abu Taeema mengatakan, korban-korban yang dibawa memerlukan operasi lanjutan yang tidak dapat dilakukan di tempat asalnya karena keterbatasan.

Korban yang dibawa terutama perempuan dan anak-anak.

Sebagian besar korban luka diketahui telah dibawa ke RS di Arish, RS lapangan di Sheikh Zuweid di Sinai, dan RS lapangan Turki yang baru saja didirikan dalam beberapa pekan terakhir.