KOMPAS.com - Dadaisme menjadi salah satu gerakan seni revolusioner di awal abad ke-20, yang lahir sebagai respons terhadap era modern.
Aliran seni modern ini dikenal juga dengan sebutan gerakan seni “anti-seni”, dan merupakan respons terhadap kondisi Perang Dunia pertama.
Dadaisme juga disebut sebagai gerakan seni konseptual pertama, karena seniman yang terkait menantang gagasan seni sebagai praktik keahlian dan keterampilan.
Mereka menolak cara-cara tradisional dalam menghasilkan seni, dengan alasan bahwa seni haruslah tentang gagasan, dan pikiran, bukan tindakan pembuatan.
Sekilas tentang gerakan seni Dadaisme
Dadaisme berkembang dari rasa muak dan kebencian akibat pertumpahan darah dan kengerian Perang Dunia I, yang dimulai pada tahun 1914 dan berakhir pada tahun 1918.
Dikutip dari laman The Dali, tujuan utama Dadaisme adalah untuk menantang norma-norma sosial masyarakat, dan dengan sengaja membuat karya seni yang akan mengejutkan, membingungkan, atau membuat orang marah.
Ia berkembang pesat dan pada akhirnya menginspirasi gerakan-gerakan besar, seperti Surealisme dan bahkan Punk Rock.
Gerakan seni Surealisme terinspirasi oleh aliran Dadaisme, dan mirip dalam beberapa hal. Namun, surealisme lebih fokus pada penafsiran mimpi dan pikiran bawah sadar.
Meskipun Dadaisme bermula sebagai protes terhadap Perang Dunia I, namun ia berkembang menjadi fenomena budaya, yang mencakup sikap-sikap yang dianggap tabu, menyinggung, atau kekanak-kanakan.
Selama Perang Dunia Pertama, banyak seniman, penulis, dan intelektual yang menolak dan menentang perang mencari perlindungan di Zurich, Swiss.
Dilansir dari laman Artland Magazine, di sanalah penulis Jerman Hugo Ball bersama pasangannya Emmy Hemmings membuka Cabaret Voltaire pada 5 Februari 1916.
Cabaret ini adalah tempat pertemuan para seniman avant-garde yang lebih radikal. Ketika perang berkecamuk, seni dan pertunjukan mereka menjadi semakin eksperimental, bersifat membangkang, dan anarkis.
Bersama-sama, para seniman memprotes kesia-siaan dan kengerian perang di bawah seruan DADA. Mereka mulai mengeksplorasi seni baru atau “anti-seni”.
Mereka ingin merenungkan definisi seni, dan untuk melakukannya mereka bereksperimen dengan benda yang ditemukan.
Karya mereka adalah sebuah bentuk seni yang didukung oleh humor dan kecerdikan, namun pada dasarnya, para Dadais mengajukan pertanyaan yang sangat serius tentang peran seni di zaman modern.
Kaum Dadais tidak segan-segan bereksperimen dengan media baru. Di luar media artistik ini, kaum Dadais juga mendalami sastra dan seni pertunjukan.
Karya-karya seni Dadaisme
Salah satu seniman Dadaisme yang paling terkenal adalah Marcel Duchamp degan karya Fountain-nya.
Namun, beberapa seniman lain yang cukup populer adalah Jean Arp, Raoul Hausmann, Man Ray, Hugo Ball, Tristan Tzara, dan Hannah Höch.
Banyak karya seni yang dilahirkan oleh para seniman Dadaisme. Berikut ini beberapa contoh karya seni Dadaisme yang paling terkenal:
Meskipun gerakan Dadaisme hanya bertahan kurang dari satu dekade, dampak dari gerakan tersebut dapat dilihat sepanjang sejarah dan bahkan hingga saat ini.
https://www.kompas.com/tren/read/2023/10/11/194500365/mengenal-dadaisme-sebuah-gerakan-seni-modern-yang-anti-seni