Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bahaya Preeklamsia pada Ibu Hamil, Kenali Penyebab dan Gejalanya

Sebab bisa jadi gejala darah tinggi saat hamil termasuk dalam tanda-tanda preeklampsia yang mematikan. 

Kondisi preeklampsia yang dialami ibu hamil berpotensi menyebabkan komplikasi dan kematian pada ibu maupun janinnya.  

Lantas, apa itu preeklamsia yang bisa berbahaya bagi ibu hamil?

Pengertian preeklamsia

Dikutip dari Mayo Clinic, preeklamsia merupakan komplikasi yang terjadi saat kehamilan. Ibu hamil akan memiliki tekanan darah tinggi, kadar protein tinggi dalam urine, dan kerusakan organ lainnya.

Ibu hamil yang menderita preeklampsia ini akan mulai merasa komplikasi setelah 20 minggu kehamilan. Selain itu, preeklamsia juga banyak terjadi saat kehamilan 37 minggu.

Tak hanya saat hamil, ibu yang baru melahirkan juga berpotensi mengalami preeklampsia. Ini disebut sebagai preeklamsia pascapersalinan. Kondisi ini dapat terjadi beberapa hari pertama setelah persalinan hingga satu minggu setelah melahirkan. 

Salah satu pemicu terbesar dari preeklamsia adalah usia ibu hamil yang lebih dari 40 tahun atau di bawah 20 tahun menurut Siloam Hospitals. Apabila tidak segera ditangani, preeklamsia dapat menjadi kondisi yang serius.

Dikutip dari Cleveland Clinic, preeklamsia diyakini berasal dari masalah kesehatan pada plasenta. Organ ini berkembang dalam rahim selama kehamilan untuk menyediakan oksigen dan nutrisi ke janin.

Kekurangan pasokan darah ke plasenta diduga menimbulkan preeklamsia sehingga menyebabkan masalah pada ibu hamil dan janin. 

Preeklamsia juga bisa disebabkan oleh gangguan kesehatan, seperti kadar lemak tinggi dalam tubuh, gizi buruk, atau kurangnya aliran darah ke rahim. Tak menutup kemungkinan preeklamsia terjadi karena faktor genetik.

Jika tidak diobati, korban akan mengalami masalah serius yang mematikan.


Faktor risiko preeklamsia

Selain beberapa penyebab di atas, ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko preeklamsia, di antaranya:

  • Kehamilan pertama.
  • Memiliki riwayat preeklamsia sebelumnya.
  • Usia ibu hamil di atas 35 tahun.
  • Hamil di usia lebih dari 40 tahun atau kurang dari 20 tahun.
  • Obesitas.
  • Hamil anak kembar.
  • Hamil dengan jarak kurang dari dua tahun atau lebih dari 10 tahun dari kehamilan sebelumnya.
  • Memiliki riwayat tekanan darah tinggi, diabetes tipe 1 dan 2, lupus, dan masalah ginjal.
  • Gangguan autoimun.
  • Kehamilan hasil dari inseminasi buatan atau bayi tabung.
  • Faktor genetik.
  • Gangguan pembuluh darah.

Semakin banyak kondisi yang dimiliki, peluang terkena preeklampsia semakin besar. Orang yang berisiko mengalami masalah tersebut disarankan berkonsultasi ke dokter sebelum hamil.

  • Tekanan darah naik
  • Kelebihan protein di urine
  • Peningkatan enzim hati yang menunjukkan masalah hati
  • Sakit kepala parah
  • Perubahan penglihatan, termasuk kehilangan penglihatan sementara, penglihatan kabur, atau sensitivitas cahaya
  • Sesak napas
  • Nyeri di perut bagian atas, biasanya di bawah tulang rusuk di sisi kanan
  • Mual atau muntah
  • Pembengkakan pada wajah, tangan, dan kaki

Gejala-gejala tersebut tidak selalu tampak dan mudah dikenali. Ibu hamil yang menderita preeklampsia harus menjalani pemeriksaan sebelum terlambat. Gejala preeklampsia parah, meliputi antara lain:

  • Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih tinggi
  • Penurunan fungsi ginjal atau hati
  • Cairan di paru-paru
  • Kadar trombosit darah rendah
  • Penurunan produksi urin
  • Tanda kerusakan ginjal atau hati

Preeklampsia yang parah membuat ibu hamil perlu dirawat di rumah sakit  atau harus segera melahirkan bayinya.

Wanita yang terbukti mengalami preeklampsia akan dirujuk ke rumah sakit. Di sana, dokter spesialis akan mengawasi kondisi kehamilannya. Pasien mungkin diberi obat penurun tekanan darah.

Cara satu-satunya untuk mengatasi preeklampsia adalah dengan segera melahirkan bayinya. Karena itu, dokter akan memantau kondisi bayi agar bisa dilahirkan. Doktor mungkin akan melakukan induksi atau operasi caesar agar persalinan dapat dilakukan.

Untuk mencegah preeklampsia, ada berapa cara yang perlu dilakukan sebelum kehamilan, yaitu:

  • Melakukan pemeriksaan rutin selama kehamilan.
  • Menjaga berat badan ideal sebelum dan selama kehamilan.
  • Tidak merokok ataupun mengonsumsi alkohol.
  • Rutin berolahraga.
  • Menjaga kadar gula darah normal apabila menderita diabetes.
  • Mengontrol tekanan darah tinggi.
  • Mengurangi konsumsi makanan tinggi garam.

Selain menerapkan pola hidup sehat, konsumsi aspirin setiap hari di awal kehamilan dapat menurunkan risiko preeklampsia. Aspirin dapat mulai dikonsumsi di usia kehamilan 12 minggu.

Preeklamsia adalah kondisi yang tidak bisa disepelekan karena dapat berkembang menjadi kompilasi lebih serius.

Apabila ibu hamil merasakan gejala-gejala preeklamsia, sebaiknya konsultasikan dengan dokter kandungan untuk mengetahui penyebab sekaligus mendapatkan penanganan yang tepat.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/08/21/133000265/bahaya-preeklamsia-pada-ibu-hamil-kenali-penyebab-dan-gejalanya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke