Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Seputar Kuntilanak

Oleh: Rangga Septio Wardana dan Ikko Anata

KOMPAS.com - Beberapa masyarakat Indonesia masih sangat percaya terhadap hal mistis dan gaib. Salah satu mitos yang berkembang di masyarakat hingga saat ini adalah sosok kuntilanak.

Dalam beberapa cerita yang berkembang di masyarakat, kuntilanak dianggap sebagai makhluk jahat menyeramkan yang kerap mengganggu manusia. Kuntilanak digambarkan sebagai sosok perempuan berpakaian putih dengan rambut panjang terurai.

Selain itu, terkadang kuntilanak juga mengeluarkan suara tertawa yang menyeramkan. Dalam audio drama siniar Tinggal Nama bertajuk “Kadaver - Kau yang Tak Kembali”, dengan tautan akses dik.si/TNKadaver3, tokoh Arin pun kelak menjadi sosok yang menyeramkan. Lantas, mengapa Arin bisa menjadi sosok yang menyeramkan?

Kemunculan Kuntilanak

Kisah kuntilanak pernah diteliti oleh Timo Duile, seorang antropolog kelahiran Jerman. Dalam artikelnya yang berjudul Kuntilanak: Ghost Narrative and Malay Modernity in Pontianak, Indonesia.

Timo Duile menjelaskan bahwa kuntilanak pertama kali muncul di masyarakat Pontianak, Kalimantan Barat. Awalnya, kuntilanak muncul ketika adanya upaya pendirian sebuah kota di antara pertemuan Sungai Kapuas dan Sungai Landak pada 1771.

Upaya pendirian kota itu diinisiasi oleh masyarakat yang dipimpin oleh Sultan Syarif Abdurrahim. Hal itu dilakukan karena kedua sungai tersebut adalah tonggak penting jalur transportasi.

Akhirnya dilakukan upaya pembangunan sebuah kota di wilayah tersebut. Dalam proses pembangunannya, bahan-bahan yang digunakan berasal dari alam sekitar, seperti batu dan kayu.

Ketika pekerja akan menebang pohon dekat sungai untuk bahan pembangunan, tiba-tiba muncul suara aneh dari atas pohon. Suara tersebut membuat pekerja ketakutan dan berlarian.

Rumor tentang kuntilanak yang kerap mengganggu pekerja dan masyarakat, kemudian sampai ke telinga Sultan Syarif Abdurrahim. Selanjutnya, Sultan Syarif Abdurrahim bersama pengikutnya memutuskan untuk mengusir kuntilanak karena dianggap sebagai roh jahat.

Setelah kuntilanak berhasil diusir, pohon yang menjadi tempat tinggalnya ditebang dan digunakan untuk membangun Masjid dan bangunan lainnya. Berdasarkan peristiwa gangguan kuntilanak yang terjadi selama pembangunan, akhirnya kota tersebut dinamakan Pontianak.

Kuntilanak adalah Roh Jahat

Pelabelan kuntilanak sebagai roh jahat semakin berkembang ketika Melayu modern yang membawa agama Islam menafsirkan kuntilanak sebagai setan atau iblis yang memusuhi manusia.

Bahkan, dahulu masyarakat Pontianak masih melakukan tradisi tahunan dengan menembakkan meriam sebagai simbol pengusiran kuntilanak. Namun, tradisi ini menghilang pada masa Order Baru.

Tanda-tanda Kehadiran Kuntilanak

Cerita yang beredar di masyarakat mengatakan bahwa sosok ini banyak mendiami tempat-tempat tinggi atau lembab seperti pohon, aliran sungai, atau air kolam renang yang terbengkalai.

Selain itu, ada yang menyebutkan bahwa kehadiran kuntilanak ditandai dengan aroma seperti bunga kamboja dan melati. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa bau kuntilanak cukup busuk.

Kuntilanak dalam Kepercayaan Masyarakat

Berdasarkan kepercayaan dan tradisi masyarakat Jawa dan Melayu, benda tajam seperti paku, pisau, dan gunting dapat menangkal kehadiran kuntilanak. Pasalnya, ketika kuntilanak menyerang, paku dapat menjadi senjata untuk ditancapkan di lubang yang terletak di belakang lehernya.

Lantas, bagaimana sosok hantu dalam audio drama ‘Kadaver’? Temukan jawabannya dengan mendengarkan audio drama siniar Tinggal Nama bertajuk “Kadaver - Kau yang Tak Kembali”, dengan tautan akses dik.si/TNKadaver3.

Dengarkan juga kisah-kisah seru dan mencekam lainnya melalui playlist YouTube Medio by KG Media. Akses sekarang juga episode ini melalui tautan dik.si/TNKadaver3.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/07/21/220000565/kisah-seputar-kuntilanak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke