Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kekuatan Fandom K-Pop yang Tak Boleh Diremehkan

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ikko Anata

KOMPAS.com - Dalam industri K-Pop, penggemar merupakan salah satu elemen penting agar grup idola tersebut dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Para penggemar ini biasanya memiliki julukan hingga atributnya masing-masing.

Kumpulan dari penggemar suatu grup idola ini biasanya dikenal sebagai fandom. Setiap grup memiliki sebutannya sendiri untuk penggemar mereka, contohnya boy group asal YG Entertainment, TREASURE, dengan fandom Treasure Makers (Teume).

Dalam Kamjagiya Korea! episode “Jelang Comeback Album ke-2 Bertajuk “REBOOT”, TREASURE Trending” dengan tautan dik.si/KamKorTREASURE, disebutkan berkat antusiasme dan kerja keras Teume menyambut comeback TREASURE, tagar boy group ini pun sampai trending.

Teume membuktikan bahwa fandom-fandom K-Pop memiliki kekuatan yang luar biasa dalam mempromosikan grup idolanya. Hal inilah yang menyebabkan grup-grup K-Pop sangat identik dengan fandom.

Sejarah Lahirnya Fandom K-Pop

Melansir The Kraze Mag, kemunculan fandom dimulai dengan salah satu penyanyi paling berpengaruh di Korea pada 80-an, yaitu Cho Yong Pil. Ia memiliki sekelompok penggemar perempuan yang dijuluki Oppa Bu-dae (laki-laki yang lebih tua untuk perempuan yang lebih muda) setelah merilis album pertamanya “Woman Outside The Window”.

Kemunculan fandom berkembang karena penggunaan televisi yang semakin masif. Aktivitas mereka dalam mendukung idolanya semakin dikenal masyarakat Korea.

Namun, pada masa awal kemunculannya, dukungan mereka lebih agresif dibandingkan fandom masa kini. Para penggemar sering kali impulsif dan mengganggu para idola. Mendobrak panggung, memecahkan jendela kaca bangunan, hingga mengikuti aktivitas mereka adalah kejadian biasa.

Di sisi lain, penggemar pada masa ini sangat loyal. Ketika Cho Yong Pil mengadakan konser peringatan 35 tahunnya, lebih dari 50.000 penggemar mengenakan jas hujan ponco tetap setia hadir selama dua jam di tengah hujan lebat.

Tanpa Fandom, Grup Idola Tak Ada Artinya

Pada masa kini, fandom tak memiliki perubahan yang signifikan. Akan tetapi, teknologi berperan dalam mengubah perilaku mereka dan grup idola. Interaksi antara penggemar dan idola semakin mudah karena hadirnya media sosial.

Seiring bertambahnya tahun, banyak grup idola baru bermunculan dari berbagai agensi. Untuk menjaga dan mempererat hubungan penggemar dan idola, media sosial digunakan sebagai ajang interaksi. Bahkan, tak jarang grup idola bisa saja memberikan fan service berupa balasan tak terduga.

Hal ini dilakukan agar mereka tak kehilangan penggemar. Pasalnya, persaingan di industri K-Pop semakin ketat dan sulit. Grup-grup idola membutuhkan bantuan penggemar yang loyal dan royal agar semakin dikenal dan lagu-lagu mereka mampu memasuki nominasi tangga lagu Korea.

Pasalnya, fandom-fandom grup idola Korea terkenal dengan kekuatan streaming dan pembelian album idolanya. Mayoritas dari mereka percaya hal ini bisa menaikkan popularitas grup idolanya.

Data dari Next Big Sound, menunjukkan fandom K-Pop memiliki aktivitas yang terstruktur dan disiplin. Misalnya, saat musim comeback, penggemar BTS, ARMY, membuat beberapa tim, seperti BTS Views untuk melacak penayangan di YouTube dan BTS Voting Team untuk mendorong voting dengan penambahan tagar tertentu.

Dalam melakukan tugasnya, ARMY membagi tugas dengan penggemar dari berbagai belahan dunia. Saat ARMY Asia memasuki malam hari, ARMY di Eropa yang akan bergantian untuk streaming atau voting.

Berkat keloyalan ARMY dan kerja keras BTS, grup ini kini bertumbuh sangat besar dan semakin menggaet banyak penggemar.

Fandom K-Pop: Basis Penggemar yang Penuh Dinamika

Saat ini, grup idola menargetkan pasar global untuk memperlebar sayapnya. Hal ini membuat mereka bertekad untuk menggaet penggemar internasional. Mereka pun akhirnya berusaha untuk menyesuaikan aktivitas atau kegiatan yang disukai penggemarnya.

Misalnya saja, NCT beberapa kali membuat konten Indonesia dan yang sempat viral beberapa waktu lalu. Konten itu adalah NCT DoJaeJung yang berkunjung ke rumah Raffi Ahmad dan Nagita Slavina.

Selain itu, teknologi membuat interaksi antarpenggemar semakin dekat. Alhasil, tak jarang kita melihat fenomena fanwar (perang antarpenggemar) yang ramai di media sosial.

Biasanya, hal ini dipicu oleh penggemar yang memprovokasi atau melempar ujaran negatif. Alhasil, rasa kekeluargaan karena tergabung dalam fandom yang sama membuat mereka turut berbondong-bondong saling membantu.

Ingin tahu informasi terkini lainnya seputar grup idola hingga budaya Korea? Yuk, dengarkan Kamjagiya Korea! hanya di Spotify. Akses juga episode-episode lainnya yang tak kalah seru dalam playlist YouTube Medio by KG Media.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/07/10/121938165/kekuatan-fandom-k-pop-yang-tak-boleh-diremehkan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke