Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Indonesia Kembali Masuk Kategori "Upper Middle Income Countries", Apa Artinya?

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo mengumumkan bahwa Indonesia kini kembali masuk kategori negara berpenghasilan menengah ke atas atau upper middle income countries.

Hal ini disampaikannya dalam pembukaan sidang kabinet paripurna yang membahas laporan semester I pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 di Istana Negara, Jakarta pada Senin (3/7/2023).

"Bank Dunia per Juli 2023 kembali memasukkan Indonesia dalam grup upper middle income countries. Ini proses pemulihan yang cepat setelah kita turun ke grup lower middle income countries di tahun 2020 karena pandemi," kata Jokowi.

Lantas, apa itu upper middle income countries?

Upper middle income countries

Dikutip dari laman Bank Dunia, negara yang masuk kategori upper middle income countries memiliki produk domestik bruto (PDB) per kapita antara 4.046 dollar AS dan 12.535 dollar AS.

Kategori ini merupakan bagian dari kelompok negara berpenghasilan menengah (MIC).

MIC menjadi rumah bagi 75 persen populasi dunia dan 62 persen penduduk miskin.

Pada saat yang sama, MIC mewakili sekitar sepertiga dari PDB global dan merupakan mesin utama pertumbuhan global.

Bank Dunia mencatat, pertumbuhan dan pembangunan berkelanjutan di MIC memiliki dampak positif ke seluruh dunia.

Misalnya, pengentasan kemiskinan, stabilitas keuangan internasional, masalah lintas batas global, termasuk perubahan iklim, pengembangan energi berkelanjutan, ketahanan pangan dan air, dan perdagangan internasional.

Diketahui, MIC terbagi menjadi dua kategori, yakni ekonomi berpenghasilan menengah ke bawah (lowe middle income countries) dan ekonomi menengah ke atas (upper middle income countries).

Untuk ekonomi dengan kategori berpenghasilan menengah ke atas, tantangan terbesarnya adalah memberantas korupsi dan meningkatkan tata kelola.

Sementara tantangan negara berpenghasilan menengah ke bawah lebih pada penyediaan layanan penting bagi warganya, seperti air dan listrik.

Dampaknya bagi Indonesia

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, status ini memungkinkan Indonesia mendapat bunga pinjaman lebih rendah di pasaran.

Pasalnya, rating utang Indonesia saat ini lebih baik, sehingga lebih dipercaya oleh investor dan mitra dagang.

Namun, status ini juga memiliki dampak lain bagi Indonesia.

"Minusnya Indonesia akan lebih banyak meminjam dari skema pasar bukan menggunakan skema hibah dan skema pinjaman lunak (soft loan) yang bersifat bilateral-multilateral," kata Bhima kepada Kompas.com, Senin.

Ia menuturkan, kelemahan lainnya adalah fasilitas perdagangan Indonesia bisa dievaluasi, seperti GSP (Generalized System of Preferences) untuk ekspor ke AS.

Sebab, Indonesia kini dianggap sudah tidak layak menerima penurunan tarif dan bea masuk ke negara maju.

Sebelumnya, Indonesia pernah masuk kategori upper middle income countries pada 2020 ketika Covid-19 melanda dunia.

Namun, status itu tak berlangsung lama karena kondisi perekonomian Indonesia turun.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/07/03/193000865/indonesia-kembali-masuk-kategori-upper-middle-income-countries-apa-artinya-

Terkini Lainnya

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke