Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perang Rusia-Ukraina, Kenaikan Harga Pangan Global, dan Ancaman Kelaparan Dunia

KOMPAS.com - Harga pangan di dunia mengalami kenaikan setelah Rusia melakukan invasi ke Ukraina.

Perang yang terjadi tersebut sangat berpengaruh terhadap distribusi bahan produksi pangan yang membuat rantai pasokan pangan mengalami gangguan.

Rusia dan Ukraina dikenal sebagai "keranjang roti Eropa" karena banyak memproduksi gandum, jagung, dan biji-bijian untuk bahan pembuatan sereal.

Kedua negara tersebut berperan dalam menghasilkan 29 persen gandum yang dijual di pasar dunia. Selain itu Ukraina adalah negara yang memproduksi 16 persen jagung di dunia.

Dengan adanya perang yang terjadi, dikhawatirkan harga pangan akan terus melonjak, karena belum diketahu kapan perang akan berakhir.

Krisis pangan sebelumnya

Sebelum Rusia menginvasi Ukraina, harga pangan sudah mencapai titik tertingginya selama 10 tahun belakang.

Pada 25 Februari 2022, sehari setelah Rusia melakukan invasi secara penuh, harga gandum berjangka telah meningkat sebanyak 40 persen dan untuk jagung berjangka sebanyak 16 persen.

Perang yang terjadi juga akan membuat kenaikan harga biaya transportasi sehingga berkontribnusi terhadap kenaikan harga pangan.

Juru bicara senior Program Pangan Dunia PBB (WFP) Steve Taravella mengungkapkan bahwa konflik antara Rusia dan Ukraina akan menimbulkan kelaparan di dunia.

"Ini adalah satu lagi contoh konflik yang menimbulkan kelaparan di seluruh dunia, dan dunia tidak dapat mempertahankannya," kata Steve Taravella dilansir Voa, Minggu (6/3/2022).

Di Ukraina, pertempuran tampaknya tidak menghentikan pasokan makanan. Namun media melaporkan bahwa toko-toko mengalami kesulitan untuk tetap buka.

Jaringan supermarket terbesar di Ukraina Fozzy Group terus mengoperasikan sebagian tokonya minggu ini, bahkan di kota-kota yang menghadapi serangan langsung Rusia seperti Kyiv dan Kharkiv.

Namun, toko akan tutup tanpa pemberitahuan jika terdapat risiko buka yang terlalu besar.

Selain itu, pihak Kementerian Transformasi Digital dan seklompok gerai ritel telah membuat peta online yang dapat menunjukkan toko kelontong yang buka beserta jam operasionalnya.

Krisis pangan di Timur Tengah dan Afrika Timur

Banyak negara yang mengalami kekurangan bahan pangan yang serius terutama di beberapa kawasan Timur Tengah dan Afrika Timur.

Kawasan Timur Tengah dan Afrika Timur sendiri melakukan impor pangan yang berasal dari Ukraina dan Rusia.

Di Yaman, puluhan ribu orang mengalami kelaparan dan 16 juta lainnya menghadapi krisis pangan dalam bahaya kelaparan.

Depresiasi mata uang dan menipisnya cadangan devisa telah membuat Yaman berjuang untuk melakukan impor pangan.

Kemudian Lebanon, yang mengimpor sekitar 60 persen gandum dari Ukraina sekarang mengalami kesulitan untuk membeli bahan pangan.

Lebih dari sepertiga populasi di Lebanon sudah menghadapi keadaan rawan pangan, belum lagi ribuan pengunggsi Suriah yang sebagian besar bergantung pada bantuan kemanusiaan.

Sedaangkan Ethiopia juga sedang menghadapi situasi krisis kelaparan, kejadian tersebut diperparah dengan adanya konflik di Ukraina.

Ethiopia bergantung pada impor gandum Ukraina sebesar 25 persen.

"Kita sudah menghadapi krisis kelaparan secara global yang belum pernah kita lihat, setidaknya abad ini," Direktur sementara untuk kelompok amal Bread for the World Jordan Teague.

Dilansir dari Ispionline, perang yang terjadi membuat pukulan telak bagi Turki, karena dapat membuat harga pangan mengalami kenaikan.

Pada 2020, 78 persen impor gandum Turki berasal dari Rusia dan Ukraina. Rusia berada di peringkat pertama dengan Ukraina ada di peringkat kedua.

Walaupun dengan Ukraina diserang, Turki masih dapat mengimpor gandum dari Rusia. Namun, jika Rusia terkena sanksi perdagangan maka Turki akan berakibat buruk bagi ekonominya.

Data inflasi pangan year-over-year di Turki mengalami kenaikan 64,4 persen di bulan Februari, sedangkan inflasi harga konsumen secara keseluruhan sebesar 54,4 persen.

Dengan adanya inflasi tinggi dan situasi ekonomi yang sulit di Turki dapat menjadi ancaman krisis pangan di negara tersebut.

Dampak perang Rusia-Ukraina pada Mesir

Perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina akan berdampak pada Mesir di sektor pariwisata dan perdagangan internasional.

Dalam hal perdagangan Mesir merasakan dampaknya pada komoditas biji-bijian sereal, terutama gandum, dan jagung.

Pada 2019, Mesir mengimpor jagung senilai 1,7 miliar dollar AS atau sekitar Rp 243 triliun, sedangkan kedelai senilai 1,4 milliar dollar AS atau sekitar Rp 200 trilliun.

Dengan adanya konflik yang terjadi di Ukraina, harga komoditas impor jagung dan kedelai meningkat sebesar 50 persen dan memengaruhi harga daging lokal.

Sedangkan untuk gandum, Rusia menempati urutan pertama pengimpor gandum di Mesir, sedangkan Ukraina berada di peringkat kelima.

Harga komoditas gandum naik sebesar 18 persen setelah Rusia melakukan invasi ke Ukraina. Dan jika kenaikan terus berlanjut, akan berdampak pada defisit fiskal Mesir.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/03/11/193100965/perang-rusia-ukraina-kenaikan-harga-pangan-global-dan-ancaman-kelaparan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke