Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Saat Kasus Harian Covid-19 Masih Tinggi dan Perjalanan Internasional Tetap Dibuka...

KOMPAS.com - Kasus virus corona di Indonesia kembali mengalami peningkatan dan masih di angka lebih dari 30.000 kasus harian.

Menurut data terbaru dari Satgas Covid-19, Senin (14/2/2022), jumlah kasus harian yang tercatat mencapai 36.501 kasus, dengan kematian 145 orang dalam 24 jam.

Sementara itu, perjalanan internasional pun masih tetap dibuka oleh pemerintah.

Analisis epidemiolog soal peningkatan kasus Covid-19

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan bahwa Indonesia memang sedang mengalami pola gelombang dengan pertumbuhan eksponensial.

"Kan pola dari gelombang, ini bicara Omicron yang ada namanya pertumbuhan eksponensial, jadi 10 kasus, jadi 20 kasus, jadi 40 kasus dalam beberapa hari dan seterusnya," ujar Dicky saat dihubungi Kompas.com, Selasa (15/2/2022).

Menurutnya, adanya pertumbuhan eksponensial inilah menjadi alasan mengapa kasus infeksi Covid-19 di Indonesia semakin banyak.


Terlebih prokes 3T ( Testing, Tracing, dan Treatment) dinilai masih terbatas di Indonesia.

Selain itu, Dicky juga mengungkapkan bahwa meningkatnya kasus Covid-19 bisa disebabkan karena mereka yang rawan terinfeksi dalam kondisi yang memang rawan atau sedang menurunkan proteksi daya tahan tubuh.

"Ketika orang-orang mulai menginfeksi kelompok yang rawan, misal dia sedang menurun proteksinya, maka mulai bergejala dan mencari tes, mau tidak mau ya terdeteksi," lanjut dia.

Dicky menyampaikan, banyaknya kasus harian Covid-19 pada Februari 2022 sebenarnya juga disebabkan karena jarak antara vaksinasi dosis 1 dengan vaksinasi dosis 2 terlampau agak jauh atau lebih dari 1 bulan.

Padahal, pemerintah mengimbau kepada masyarakat untuk segera mendapatkan vaksinasi dosis 2, setelah habis masa efikasi vaksinasi 1.

"Karena vaksin keduanya sudah lebih dari 1 bulan, atau terinfeksinya lebih dari 6 bulan lalu, jadi cenderung bergajala," ujar Dicky.

Selain itu, Dicky menyampaikan, kondisi ini bakal menuju puncak atau semakin banyak yang terinfeksi, terlebih orang yang terpapar Omicron mengalami gejala singkat sekitar 3-4 hari.

Artinya, masyarakat akan melihat pola peningkatan ini sampai akhir Februari 2022, dengan masa krisinya sampai awal Maret 2022.

Tidak hanya itu, tingginya kasus harian juga dibarengi dengan lonjakan perawatan di rumah sakit dan kematian akibat Covid-19.

Negara lain pun mengalami hal yang serupa.

"Jika kondisinya sudah begitu, artinya kita harus hati-hati dalam pelonggaran karena kematian meningkat maka ada kelemahan, ada bocor-bocor kasus, itu yang harus diperbaiki," ujar Dicky.

Mengenai masih dibukanya pintu bandara untuk perjalanan internasional, Dicky mengatakan, pelonggaran perjalanan bukan karena aman, diduga untuk ekonomi politik.

Menurut dia, kondisi yang aman yakni vaksinasi dosis 2 sudah mencapai 90 persen, dan dosis ke-3 setidaknya 80 persen pada semua kelompok usia.

Namun, Indonesia saat ini memang belum mencapai tahap "aman" tersebut.

"Ini pembukaan kelonggaran bukan sudah aman, tapi memang ada tuntutan itu dari pemerintah dan masyarakat sebetulnya, ya tetap berisiko namun bergantung pada masing-masing daerah, dan harus ada mitigasinya untuk mengurangi," imbuhnya.

Yang perlu diperhatikan bagi masyarakat Indonesia maupun pemerintah adalah Omicron bukan varian terakhir, dan juga apa yang sedang dialami Indonesia bukan gelombang terakhir.

Sehingga, apa pun yang dipilih dalam aspek pemulihan harus ada rencana yang kuat dalam masa jangka pendek, menengah, dan panjang.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/02/16/060500765/saat-kasus-harian-covid-19-masih-tinggi-dan-perjalanan-internasional-tetap

Terkini Lainnya

Donald Trump Dinyatakan Bersalah Menyuap Aktris Film Dewasa

Donald Trump Dinyatakan Bersalah Menyuap Aktris Film Dewasa

Tren
Kementerian ESDM Akui Elpiji 3 Kg Tidak Terisi Penuh, Ini Alasannya

Kementerian ESDM Akui Elpiji 3 Kg Tidak Terisi Penuh, Ini Alasannya

Tren
Buku Panduan Sastra Mengandung Kekerasan Seksual, Kemendikbud Ristek: Sudah Kami Tarik

Buku Panduan Sastra Mengandung Kekerasan Seksual, Kemendikbud Ristek: Sudah Kami Tarik

Tren
Adakah Manfaat Berhenti Minum Kopi?

Adakah Manfaat Berhenti Minum Kopi?

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 31 Mei-1 Juni 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 31 Mei-1 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Bayi Tertabrak Fortuner, Orangtua Bisa Dipidana? | Mahasiswa UM Palembang Diduga Plagiat Skripsi Lulusan Unsri

[POPULER TREN] Bayi Tertabrak Fortuner, Orangtua Bisa Dipidana? | Mahasiswa UM Palembang Diduga Plagiat Skripsi Lulusan Unsri

Tren
Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Tren
Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Tren
Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Tren
Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Tren
9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

Tren
MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

Tren
Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Tren
Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tren
Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke