Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Sepak Terjang Multatuli, Sosok yang Menginspirasi RA Kartini

Anak kelima dari 11 bersaudara ini mengasah pola pikirnya di berbagai tempat, tak mengenal sekat. Pertama, ia belajar bahasa Belanda di Europese Lagere School hingga berusia 12 tahun.

Selepas itu, ketika ia harus masuk pingitan, Kartini mencari celah pengetahuan dari berbagai lembar karya sastra.

Dua di antaranya, yang ia baca berkali-kali dan mungkin yang paling menginspirasi, adalah Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli. 

Dari kegemaran membaca dan menimba ilmu dari karya sastra inilah, Kartini akhirnya punya gagasan megah, yaitu mencerdaskan dan memajukan wanita-wanita pribumi.

Pemberontakan panjang Multatuli   

Multatuli adalah nama pena dari laki-laki kelahiran Amsterdam tahun 1820, Eduard Douwes Dekker.

Multatuli sendiri diambil dari bahasa latin yang artinya adalah, "Aku sudah banyak menderita."

Sedari muda, Multatuli menjadi pegawai pemerintah Hindia Belanda. Tak seperti bangsa kulit putih lainnya, Multatuli tumbuh dengan nurani yang berbeda.

Ia kerap tak tega melihat kaum jajahan yaitu rakyat Indonesia yang hidupnya terus-menerus terampas.

Multatuli pun terus menentang bangsanya sendiri. Ia berjuang membela hak-hak rakyat kecil selama 20 tahun lamanya.

Hingga akhirnya ia memutuskan pergi dari Indonesia dan menetap di Brussel, Belgia, dan meninggalkan anak istrinya tetap di Batavia.

Melahirkan karya sastra dalam himpitan kemiskinan

Merunut Historia.id, Multatuli sempat bekerja sebagai redaktur sebuah surat kabar di Media.

Namun tak lama ia pun hengkang dan mengadu nasib menjadi juru bahasa di konsulat Perancis di Nagasaki. Dimana karir yang ini, juga tak menemukan jalan lain selain kemiskinan.

Dalam himpitan kemiskinan dan pernikahan yang di ambang perceraian, Multatuli menepi di sebuah penginapan sederhana bernama In de kleine prins di ruas De la fourche nomor 52.

Di losmen inilah, Multatuli justru bisa menemukan jalan keluar dari pemikiran-pemikiran anti kolonialnya.

Dalam Max Havelaar, secara tegas Multatuli menentang sistem tanam paksa yang menyiksa rakyat kecil.

Terbitan pertama meluncur tahun 1860 dan memicu kericuhan di Belanda. Di tahun 1875, Max Haveelar diterbitkan kembali dengan editan penuh dan nama penulis yang ditulis utuh.

Warisan yang dilahap oleh Kartini

Semenjak Max Havelaar, Eduard sudah menggunakan nama Multatuli. Nama ini dipakai terus di karya sastra selanjutnya seperti Minnerbrieven (Surat-Surat Cinta), Dialog-Dialog Jepang, juga Ide-Ide.

Minnerbrieven atau Surat-Surat Cinta adalah buku yang berisi korespondensi antara dirinya dengan Tine (isterinya) dan Fancy (wanita khayalannya).

Meski dari judul dan isinya seolah menceritakan roman percintaan, namun sebenarnya Multatuli tengah mencibir kekuasaan kolonial dalam bentuk sindiran-sindiran satir.

Eduard atau Multatuli berhenti menulis sejak tahun 1877. Meski di usia tuanya ia masih sering melakukan perjalanan melelahkan dari Jerman, tempatnya menetap dengan isteri keduanya, menuju Belanda untuk menjadi pembicara ceramah menyampaikan pemikiran-pemikirannya.

Perjuangan Multatuli baru terhenti total di tanggal 19 Februari 1887. Di sebuah hari yang tenang di tepian sungai Rhein, Multatuli meninggal ketika duduk di kursinya dalam dekapan asma yang sudah lama dideritanya.

Seabad setelahnya, atau seratus tahun peringatan meninggalnya Multatuli, didirikanlah sebuah patung karya Hans Bayens di Amsterdam, Belanda.

Dalam acara yang dihadiri pula oleh Ratu Beatrix tersebut, seorang pembicara bernama Geert van Oorschot mengatakan bahwa meski Multatuli sudah pergi seratus tahun lamanya, namun semangat dan ide pemikiran anti kolonialnya terus ada dan tak pernah padam.

  

https://www.kompas.com/tren/read/2021/04/16/123000665/mengenal-sepak-terjang-multatuli-sosok-yang-menginspirasi-ra-kartini

Terkini Lainnya

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Ramai soal 'Review' Resto Bikin Usaha Bangkrut, Pakar Hukum: Sah tapi Harus Berimbang

Ramai soal "Review" Resto Bikin Usaha Bangkrut, Pakar Hukum: Sah tapi Harus Berimbang

Tren
6 Kondisi Penumpang Kereta yang Berhak Dapat Kompensasi KAI, Apa Saja?

6 Kondisi Penumpang Kereta yang Berhak Dapat Kompensasi KAI, Apa Saja?

Tren
3 Pemain Uzbekistan yang Patut Diwaspadai Timnas Indonesia, Salah Satunya Punya Nilai Rp 86,81 Miliar

3 Pemain Uzbekistan yang Patut Diwaspadai Timnas Indonesia, Salah Satunya Punya Nilai Rp 86,81 Miliar

Tren
Sepak Terjang Benny Sinomba Siregar, Paman Bobby Nasution yang Ditunjuk Jadi Plh Sekda Kota Medan

Sepak Terjang Benny Sinomba Siregar, Paman Bobby Nasution yang Ditunjuk Jadi Plh Sekda Kota Medan

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23, Kick Off 21.00 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23, Kick Off 21.00 WIB

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke