Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Update Corona Dunia 19 Maret: 5 Negara dengan Kasus Terbanyak | UE Lanjutkan Vaksin AstraZeneca

Melansir Worldometers, Jumat (19/3/2021) pukul 06.00 WIB, tercatat sebanyak 122.331.822 kasus terkonfirmasi positif Covid-19 secara global.

Dari jumlah tersebut, 98.630.741 kasus telah dinyatakan sembuh, dan virus telah menewaskan 2.701.610 orang di seluruh dunia.

Negara mana saja dengan kasus terbanyak? Apa kabar dengan vaksin AstraZeneca yang sempat ditangguhkan?

Simak perkembangan pandemi Covid-19 secara global berikut ini:

1. Amerika Serikat

Amerika Serikat masih menduduki peringkat pertama negara dengan kasus Covid-19 terbanyak di dunia.

Kasus positif di negara ini sebanyak 30.355.491 kasus, dengan 22.520.725 telah sembuh.

Adapun kematian akibat virus corona di AS dilaporkan sebanyak 552.170 orang.

2. Brasil

Kasus infeksi baru di Brasil terus dilaporkan, membuat negara ini berada di posisi kedua negara dengan kasus terkonfirmasi Covid-19 terbanyak di dunia.

Terdapat 80.389 kasus baru dalam satu hari terakhir, membuat kasus infeksi secara keseluruhan di negara ini sebanyak 11.780.820 kasus.

Dari jumlah ini, sebanyak 10.339.422 kasus telah dinyatakan sembuh.

Sementara itu, virus SARS-CoV-2 telah menewaskan sebanyak 287.499 orang.

3. India

India berada di posisi ketiga, dengan melaporkan 11.513.945 kasus infeksi Covid-19.

Dari total kasus yang dilaporkan, sebanyak 11.081.335 kasus telah dinyatakan pulih.

Adapun virus corona telah menewaskan 159.405 orang di negara ini.

4. Rusia

Rusia berada di posisi keempat, dengan melaporkan adanya 4.428.239 kasus terkonfirmasi positif Covid-19.

Tercatat sebanyak 4.037.036 orang telah sembuh.

Sementara itu, 93.824 orang dinyatakan meninggal dunia akibat penyakit Covid-19.

5. Inggris

Inggris melaporkan 4.280.882 kasus positif infeksi Covid-19.

Negara yang berada di urutan kelima kasus terbanyak di dunia ini mencatat sebanyak 3.593.136 kasus telah pulih.

Infeksi virus corona tercatat telah menewaskan 125.926 orang di seluruh dunia.

Uni Eropa lanjutkan vaksinasi AstraZeneca

Negara-negara Uni Eropa akan memulai kembali peluncuran vaksin Oxford-AstraZeneca Covid-19 setelah regulator menyimpulkan bahwa vaksin tersebut aman dan efektif.

Badan Obat-obatan Eropa (European Medicines Agency/EMA), mengkaji suntikan yang dikembangkan AstraZeneca/Oxford.

Hal ini setelah 13 negara Uni Eropa menangguhkan penggunaan vaksin karena kekhawatiran terkait dengan pembekuan darah.

Melansir BBC, Hasil kajian menemukan bahwa jab tidak terkait dengan risiko penggumpalan darah yang lebih tinggi.

Adapun Jerman, Perancis, Italia, dan Spanyol menyampaikan akan melanjutkan penggunaan jab tersebut.

Sementara itu, Swedia membutuhkan beberapa hari untuk memutuskan penggunaan kembali vaksin AstraZeneca.

Keputusan terkait penggunaan vaksin AstraZeneca/Oxford diserahkan kepada masing-masing negara bagian UE.

Adapun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah meminta negara-negara untuk melanjutkan penggunaan vaksin, dan akan merilis hasil tinjauannya pada Jumat (19/3/2021).

Investigasi yang dilakukan WHO fokus pada sejumlah kecil kasus kelainan darah yang tidak biasa.

Secara khusus, ini melihat kasus trombosis vena serebral, pembekuan darah di kepala.

Keputusan untuk menangguhkan penggunaan vaksin memicu kekhawatiran atas laju upaya vaksinasi di kawasan itu, yang telah dipengaruhi oleh kekurangan pasokan.

EMA klaim vaksin aman

Direktur Eksekutif EMA Emer Cooke menuturkan bahwa vaksin aman dan efektif.

“Manfaatnya dalam melindungi orang dari Covid-19 dengan risiko kematian dan rawat inap yang terkait lebih besar daripada kemungkinan risikonya,” ujarnya.

Komite ahli EMA untuk Keamanan Obat Ny. Cooke telah menemukan bahwa vaksin tidak terkait dengan peningkatan risiko penggumpalan darah secara keseluruhan.

Namun, lanjut dia, pihaknya tidak dapat mengesampingkan secara pasti hubungan antara vaksin dan kasus gangguan pembekuan yang tidak biasa tetapi sangat serius.

Sehingga, direkomendasikan adanya peningkatan kesadaran tentang kemungkinan risiko terjadinya pembekuan darah, dengan memastikan risiko tersebut disertakan dalam informasi produk.

Cooke menuturkan bahwa investigasi tambahan sedang dilakukan.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn mengatakan, petugas kesehatan harus diberi tahu terkait risiko ini.

“Dokter harus diberi tahu tentang risiko trombosis vena pada wanita di bawah usia 55 tahun, sehingga mereka pada gilirannya dapat memberi tahu pasien,” tuturnya.

Kekhawatiran negara UE

Sebelumnya, sebanyak 13 negara Uni Eropa menangguhkan penggunaan vaksin, setelah melaporkan sejumlah kecil kasus pembekuan darah di antara penerima vaksin di wilayah tersebut.

Negara-negara Uni Eropa memilih untuk menghentikan penggunaan obat mereka sebagai tindakan pencegahan.

“Ada beberapa kasus sangat tidak biasa dan mengganggu yang membenarkan jeda dan analisis ini," kata ahli imunologi Prancis Alain Fischer, yang mengepalai dewan penasehat pemerintah.

Di Jerman, otoritas kesehatan juga menunjuk sejumlah kecil pembekuan darah langka pada orang yang divaksinasi saat membenarkan keputusannya.

Negara lain, seperti Belgia, Polandia, dan Republik Ceko akan terus memberikan vaksin AstraZeneca.

Keputusan untuk menghentikan peluncuran vaksin AstraZeneca dikritik oleh beberapa politisi dan ilmuwan, karena dianggap membatalkan seluruh peluncuran vaksinasi.

Tak ada bukti

Perusahaan mengatakan tidak ada bukti peningkatan risiko pembekuan darah akibat vaksin.

Disebutkan, pihaknya telah menerima 37 laporan pembekuan darah dari lebih dari 17 juta orang yang divaksinasi di UE dan Inggris pada 8 Maret.

“Angka-angka ini jauh lebih rendah daripada yang diharapkan terjadi secara alami pada populasi umum dengan ukuran ini dan serupa dengan vaksin Covid-19 berlisensi lainnya", ujar perusahaan.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/03/19/090000365/update-corona-dunia-19-maret--5-negara-dengan-kasus-terbanyak-ue-lanjutkan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke