Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Komunikasi Manusia dengan Tanaman

PADA tahun 70an abad XX di Jerman saya melakukan penelitian pengaruh musik terhadap tanaman. Diyakini oleh para saintis bahwa tanaman bisa tumbuh subur apabila diiringi alunan musik mahakarya Mozart atau Bach.

Disepakati bahwa musik klasik paling efektif untuk membuat tanaman tumbuh subur. Meski sebenarnya mahakarya Bach bukan tergolong klasik namun barok.

Skeptis

Terdorong skeptisisme, saya melakukan pengamatan terhadap dua tanaman sejenis. Pada posisi ruang cukup berjauhan satu dengan lainnya, bagi tanaman yang satu saya perdengarkan rekaman musik Mozart dari zaman Wina klasik sementara tanaman yang satu lagi saya paksa “mendengarkan” musik Schoenberg dari zaman Wina modern.

Kedua tanaman sejenis itu masing-masing saya paksa “mendengar” musik yang beda zaman, beda gaya bahkan juga beda suasana. Ternyata kedua tanaman sama-sama tumbuh subur.

Ketika saya perdengarkan rekaman musik Le Sacre du Printemps mahakarya Stravinski yang memang jauh lebih berisik ketimbang Mozart yang “menyenangkan” mau pun Schoenberg yang “memusingkan” pendengarnya, ternyata kedua tanaman tetap tumbuh subur.

Kesimpulan

Berdasar penelitian organoleptis amatiran tersebut, saya memberanikan diri memetik kesimpulan bahwa pada hakikatnya jika memang berpengaruh maka musik sekadar satu dari sekian banyak unsur yang bisa mempengaruhi kesuburan tanaman.

Di samping musik masih ada unsur lingkungan biologikal, metrologikal bahkan terutama emosional yaitu perhatian serta kepedulian manusia terhadap sang tanaman.

Sekitar lima puluh tahun kemudian di masa pagebluk Corona, hipotesa subyektif saya diperkuat oleh perangai para tanaman yang dirawat di kebun hidroponik Ibu Aylawati Sarwono di Jakarta.

Ketika para tanaman dirawat langsung oleh Ibu Ayla dengan penuh perhatian dan kepedulian maka semua ijo royo-royo tumbuh subur.

Namun ketika perawatan diserahkan kepada asisten yang profesional, langsung para tanaman tumbuh secara kurang subur bahkan kemudian melayu untuk akhirnya mati bersama.

Sebagai sekarang insan awam sama sekali bukan saintis yang sejak kanak-kanak dididik orang tua untuk ojo dumeh maka saya tidak merasa berhak dumeh menyatakan apalagi memaksakan kesimpulan hasil penelitian dan pengamatan saya sendiri dijamin pasti sempurna tepat dan benar.

Silakan dibantah

Manusia tidak sempurna maka mustahil ada pemikiran manusia (apalagi saya) yang sempurna kecuali didogmakan secara paksa untuk harus sempurna.

Maka silakan hasil penelitian diletantis saya dibantah karena sebenarnya dengan mudah saya bisa saya bantah sendiri dengan dalih bahwa tidak ada penginderaan dan pemikiran manusia ditambah dengan fakta tidak ada kasus penelitian yang layak diseragamkan.

Bisa saja saya berlindung di balik dalih cetirus paribus namun malah absurd akibat yang tidak berubah pada semesta ini hanya satu yaitu perubahan itu sendiri.

Setiap unsur berjenis, bersifat, berkebutuhan, berbentuk serta bersukma beda satu dengan lain-lainnya maupun saling beda dimensi waktu dan ruang pada dirinya sendiri.

Kesimpulan yang saya simpul pada hari ini di lokasi ini jelas mustahil sama persis dengan kesimpulan yang disimpulkan esok hari di lokasi lain.

Makin mustahil apabila yang dituntut adalah kesimpulan secara sempurna tepat dan benar sementara kebenaran an sich nisbi akibat memang bukan konsepsual namun kontekstual belaka.

Maka mohon dimaafkan bahwa untuk sementara ini secara subyektif saya merasa yakin bahwa antara manusia dengan sesama manusia serta sesama mahluk hidup termasuk tanaman bisa saling berkomunikasi dengan bahasa lahir dan/atau batin.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/11/14/101054465/komunikasi-manusia-dengan-tanaman

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke