Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Google Analisis Mobilitas Masyarakat Selama Pandemi Covid-19, Ini Hasilnya...

KOMPAS.com - Pandemi virus corona Covid-19 berdampak banyak pada perubahan pola hidup masyarakat.

Hal itu dapat dilihat dari aktivitas pendidikan, bekerja, perolehan pendapatan, pertemuan sosial, peribadahan, dan lain sebagainya.

Semua mobiltas warga selama pandemi corona dalam beberapa bulan terakhir dapat dilihat dari data google yang terus diupdate dalam beberapa periode. Dalam update terbaru pada 21 Mei 2020 ada sejumlah data yang dapat disimak. 

Google merangkumnya dalam Laporan Mobilitas Masyarakat saat Covid-19.

Terdapat 5 jenis pergerakan masyarakat yang dianalisis oleh raksasa teknologi komunikasi tersebut dan diketahui terjadi perbedaan jika dibanding dengan situasi normal sebelum adanya Covid-19.

Kelima pergerakan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Retail dan rekreasi

Aspek pertama yang dianalisis adalah mobilitas atau pergerakan masyarakat di bidang retail dan rekreasi.

Misalnya mengunjungi restoran, kafe, pusat perbelannjaan, taman hiburan, museum, perpustakaan, dan bioskop.

Data dari 4 April-16 Mei 2020 menunjukkan adanya penurunan sebanyak 37 persen dari kondisi normal.

Meski banyak yang menyadari pentingnya mematuhi imbauan untuk tetap di dalam rumah dan mengurangi aktivitas luar rumah yang tidak terlalu penting, namun masih ada saja kelompok masyarakat yang mengabaikannya.

Di beberapa daerah, mereka terlihat santai duduk di kafe dan berbincang dengan teman-temannya hingga larut malam.

2.  Belanja kebutuhan harian dan obat-obatan

Berikutnya, untuk mobilitas belanja masyarakat, baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun belanja obat-obatan dan kebutuhan medis, terpantau mengalami penurunan sebanyak 8 persen.

Jika dilihat secara persentasi, memang penurunan yang terjadi tidak terlalu signifikan mengingat sembako dan obat-obatan adalah kebutuhan dasar yang dibutuhkan manusia meskipun kondisi krisis seperti saat ini.

Masyarakat masih banyak yang pergi ke pasar swalayan, toko sembako, sayuran, makanan, juga apotek dan farmasi.

Memang, di tengah aturan ketat yang diberlakukan sebagai upaya mengurangi penyebaran virus, keluar rumah untuk berbelanja kebutuhan dapur dan medis adalah salah satu yang tetap diizinkan, karena masuk dalam kebutuhan primer manusia.

3. Ruang terbuka hijau

Penurunan yang cukup derastis terlihat pada kunjungan masyarakat ke sejumlah tempat terbuka yang bersifat umum.

Katakan lah seperti taman nasional, pantai, marina, plaza, atau taman umum.

Angka yang tercatat oleh Google untuk periode yang sama adalah adanya penurunan sebanyak 43 persen dibandingkan dengan kondisi normal.

Tempat-tempat ini juga menjadi salah satu yang sepi dikunjungi. Aturan yang berlaku memang tidak memungkinkan masyarakat dengan mudah melakukan kunjungan ke tempat-tempat itu.

Sebut lah taman kota atau ruang publik kota lain yang ditutup oleh pemerintah.

Selain itu, melakukan perjalanan cukup jauh, apalagi keluar kota juga sudah sulit. Banyak pembatasan yang diberlakukan, termasuk persyaratan khusus yang harus dipenuhi jika ingin diijinkan bepergian.

4. Transportasi publik

Selanjutnya atau yang keempat adalah melihat pergerakan warga dalam menggunakan transportasi publik.

Misalnya mendatangi stasiun dan naik kereta, terminal untuk bus, bandara untuk pesawat udara, dan sebagainya.

Untuk aspek ini, penurunan terjadi paling tinggi, mencapai 53 persen sejak 4 April-16 Mei 2020.

Selain keberadaan moda transportasi publik yang dibatasi, masyarakat pun banyak yang memahami risiko bahaya jika bepergian menggunakan tranportasi publik, karena banyaknya orang asing yang ditemui.

5. Tempat kerja 

Kelima, adalah pergerakan masyarakat di tempat kerja. Kali ini ada penurunan, namun tidak begitu signifikan.

Penurunan itu hanya ada di angka 22 persen saja dari kondisi biasanya.

Hal ini disebabkan masyarakat yang bekerja di sektor informal masih tetap melakukan aktivitas pekerjaannya. Sementara pekerja kantoran juga sebagian tetap ada yang bekerja di kantor.

Bahkan saat ini mereke semua direncanakan akan kembali bekerja dari kantor dengan pola hidup normal yang baru, setelah beberapa bulan bekerja dari rumah atau WFH.

6. Tempat tinggal 

Aspek terakhir yang diamati Google adalah pergerakan masyarakat di rumah tinggalnya.

Ini adalah satu-satunya aspek yang menunjukkan terjadinya peningkatan.

Selama masa pandemi ini, masyarakat terpantau 15 persen lebih banyak tinggal dan beraktivitas di rumah dibandingkan dengan masa-masa normal sebelum ada Covid-19.

Ini sejalan dengan imbauan dari otoritas kesehatan dan pemerintah agar masyarakat sebisa mungkin tinggal di dalam rumah demi memutus persebaran virus.

Seluruh aktivitas, mulai dari sekolah, bekerja, sosialisasi, dan sebagainya dilakukan dari dalam rumah dengan memanfaatkan teknologi.

Selain data Indonesia secara keseluruhan, Google juga menganalisis mobilitas masyarakat per provinsi. Datanya dapat dilihat di sini

Dari data GPS

Data-data tersebut didapatkan dan diolah oleh Google berdasarkan titik lokasi GPS yang dimiliki masyarakat dari gadgetnya.

Di sana bisa dilihat, lokasi-lokasi yang dikunjungi masyarakat selama kurun waktu yang dianalisis.

Meskipun begitu, Google tidak merekomendasikan data temuannya ini dijadikan sebagai dasar kebijakan medis, dan sebagainya.

Tujuan awal dari disajikannya data mobilitas masyarakat ini adalah untuk membantu pemulihan dampak yang disebabkan oleh adanya Covid-19.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/22/181500765/google-analisis-mobilitas-masyarakat-selama-pandemi-covid-19-ini-hasilnya-

Terkini Lainnya

Ramai Larangan 'Study Tour' Imbas Tragedi Bus Ciater, Menparekraf: Bukan Salah Kegiatan

Ramai Larangan "Study Tour" Imbas Tragedi Bus Ciater, Menparekraf: Bukan Salah Kegiatan

Tren
50 Instansi yang Sudah Umumkan Formasi CPNS dan PPPK 2024, Mana Saja?

50 Instansi yang Sudah Umumkan Formasi CPNS dan PPPK 2024, Mana Saja?

Tren
Catat, Ini 5 Ikan Tinggi Purin Pantangan Penderita Asam Urat

Catat, Ini 5 Ikan Tinggi Purin Pantangan Penderita Asam Urat

Tren
BMKG: Wilayah Ini Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 17-18 Mei 2024

BMKG: Wilayah Ini Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 17-18 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Warga Israel Rusak Bantuan Indomie untuk Gaza, Gletser Terakhir di Papua Segera Menghilang

[POPULER TREN] Warga Israel Rusak Bantuan Indomie untuk Gaza, Gletser Terakhir di Papua Segera Menghilang

Tren
Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke