Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hari Ini dalam Sejarah: Longsor Salju Everest, 16 Orang Pemandu Pendakian Tewas

Tim penyelamat menemukan 13 jenazah pendakidi longsoran salju.

Namun, Otoritas Nepal terpaksa menghentikan pencarian dan 3 jenazah lainnya tidak ditemukan.

Penghentian pencarian karena cuaca yang buruk mempersulit mereka dalam menentukan lokasi ketiga korban tersebut.

Kemungkinan ketiganya masih terkubur longsoran salju.

Peristiwa itu disebutkan sebagai salah satu bencana paling mematikan yang pernah terjadi di Pegunungan Himalaya.

Kronologi peristiwa

Longsor salju itu terjadi sekitar pukul 06.30 pagi waktu setempat dan menyapu para Sherpa yang saat itu sedang berada di daerah paling berbahaya dari Everest.

Mengutip pemberitaan Harian Kompas, 19 April 2014, pejabat Kementerian Pariwisata Nepal, Krishna Lamsal, mengatakan, para pemandu pendakian meninggalkan base camp Everest untuk memperbaiki tali bagi para pendaki Gunung Everest.

Longsoran salju menghantam mereka di lereng Gunung Everest pada ketinggian 5.800 meter di atas permukaan laut (mdpl) di area yang dinamai ”Popcorn Field”.

Letaknya berada di bawah Camp 2 pada ketinggian 6.400 mdpl.

Sebuah bongkahan es besar patah atau longsor saat puluhan Sherpa ada di bawahnya.

Bongkahan itu terbelah menjadi potongan kecil dan menyapu mereka yang berada di bawah.

Area ini merupakan salah satu area yang paling berbahaya dalam rute pendakian menuju puncak Gunung Everest yang tingginya 8.830 mdpl.

Salah seorang pemandu pendakian yang selamat, Sherpa Namgyal, mengatakan, dia dan pemandu lainnya selama berjam-jam harus menggali longsoran salju, menarik keluar jenazah para Sherpa lainnya.

”Kami mendengar suara gemuruh dan ketika melihat ke atas, kami melihat bola salju yang masif meluncur turun ke arah kami,” kata Sherpa Namgyal (38), yang berhasil mencapai puncak Gunung Everest sebanyak 11 kali.

Berisiko

Melansir History, peristiwa ini kembali memunculkan perdebatan tentang bahaya yang ditanggung para pemandu pendakian.

Selain memanggul sebagian besar persediaan untuk ekspedisi, Sherpa bertanggung jawab untuk tugas-tugas seperti mengatur jalur tali dan tangga untuk pendaki.

Peristiwa itu juga membuka mata dunia terkait komersialisasi yang berlebihan dari Everest, karena kerap padatnya pendaki selama musim pendakian gunung pada musim semi dan tumpukan sampah yang telah menjadi pemandangan umum.

Lebih dari 4.000 pendaki gunung telah mendaki hingga puncak Everest sejak 1953.

Puncak Everest pertama kali ditaklukkan oleh pendaki Selandia Baru, Sir Edmund Hillary, dan sherpa Tenzing Norgay.

Hampir 250 pendaki tewas dalam upaya mereka mencapai puncak Everest.

Rute yang mereka tempuh adalah rute yang sama yang menyebabkan 16 sherpa tersebut terhantam longsor.

Insiden terburuk yang pernah terjadi di Everest adalah ketika terjadi badai salju pada 11 Mei 1996 yang mengakibatkan tewasnya delapan pendaki.

Enam Sherpa juga tewas ketika terjadi longsor pada 1970.

Pada awal 2014, Nepal mengumumkan beberapa kebijakan untuk mengatur para pendaki yang terus mengunjungi Everest dalam jumlah besar dan mempercepat operasi penyelamatan.

Langkah tersebut termasuk mengirim para pejabat terkait dan personel keamanan ke base camp Everest di ketinggian 5.300 mdpl.

Setelah tragedi yang terjadi pada 18 April 2014, para Sherpa memboikot rencana pendakian di musim tersebut sebagai bentuk penghormatan kepada 16 Sherpa yang meninggal dunia.

Selain itu, sebagai aksi untuk menyuarakan protes terkait upah dan kesejahteraan para Sherpa. Akibatnya, sejumlah agen ekspedisi komersial membatalkan rencana pendakian mereka.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/18/085917665/hari-ini-dalam-sejarah-longsor-salju-everest-16-orang-pemandu-pendakian

Terkini Lainnya

Warganet Sebut Pemakaian Kain Gurita Bayi Bisa Cegah Hernia, Benarkah?

Warganet Sebut Pemakaian Kain Gurita Bayi Bisa Cegah Hernia, Benarkah?

Tren
Saat Jokowi Sebut UKT Akan Naik Tahun Depan, tapi Prabowo Ingin Biaya Kuliah Turun

Saat Jokowi Sebut UKT Akan Naik Tahun Depan, tapi Prabowo Ingin Biaya Kuliah Turun

Tren
Bolehkah Polisi Hapus 2 Nama DPO Pembunuhan Vina yang Sudah Diputus Pengadilan?

Bolehkah Polisi Hapus 2 Nama DPO Pembunuhan Vina yang Sudah Diputus Pengadilan?

Tren
Kisah Nenek di Jepang, Beri Makan Gratis Ratusan Anak Selama Lebih dari 40 Tahun

Kisah Nenek di Jepang, Beri Makan Gratis Ratusan Anak Selama Lebih dari 40 Tahun

Tren
Ramai soal Uang Rupiah Diberi Tetesan Air untuk Menguji Keasliannya, Ini Kata BI

Ramai soal Uang Rupiah Diberi Tetesan Air untuk Menguji Keasliannya, Ini Kata BI

Tren
Benarkah Pegawai Kontrak yang Resign Dapat Uang Kompensasi?

Benarkah Pegawai Kontrak yang Resign Dapat Uang Kompensasi?

Tren
Peneliti Ungkap Hujan Deras Dapat Picu Gempa Bumi, Terjadi di Perancis dan Jepang

Peneliti Ungkap Hujan Deras Dapat Picu Gempa Bumi, Terjadi di Perancis dan Jepang

Tren
Pengguna Jalan Tol Wajib Daftar Aplikasi MLFF Cantas, Mulai Kapan?

Pengguna Jalan Tol Wajib Daftar Aplikasi MLFF Cantas, Mulai Kapan?

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Kekeringan Juni-November 2024, Ini Daftar Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Kekeringan Juni-November 2024, Ini Daftar Wilayahnya

Tren
Ada Potensi Kekeringan dan Banjir secara Bersamaan Saat Kemarau 2024, Ini Penjelasan BMKG

Ada Potensi Kekeringan dan Banjir secara Bersamaan Saat Kemarau 2024, Ini Penjelasan BMKG

Tren
Pengakuan Istri, Anak, dan Cucu SYL soal Dugaan Aliran Uang dari Kementan

Pengakuan Istri, Anak, dan Cucu SYL soal Dugaan Aliran Uang dari Kementan

Tren
Biaya Maksimal 7 Alat Bantu Kesehatan yang Ditanggung BPJS, Ada Kacamata dan Gigi Palsu

Biaya Maksimal 7 Alat Bantu Kesehatan yang Ditanggung BPJS, Ada Kacamata dan Gigi Palsu

Tren
Kronologi Mayat Dalam Toren Air di Tangsel, Diduga Tetangga Sendiri

Kronologi Mayat Dalam Toren Air di Tangsel, Diduga Tetangga Sendiri

Tren
Daftar Negara Barat yang Kutuk Serangan Israel ke Rafah, Ada Perancis Juga Jerman

Daftar Negara Barat yang Kutuk Serangan Israel ke Rafah, Ada Perancis Juga Jerman

Tren
Apa Itu Indeks Massa Tubuh? Berikut Pengertian dan Cara Menghitungnya

Apa Itu Indeks Massa Tubuh? Berikut Pengertian dan Cara Menghitungnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke