Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Muhammad Al Fatih Menaklukkan Konstantinopel

Kompas.com - 07/04/2024, 18:00 WIB
Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Konstantinopel adalah sebutan lama untuk Kota Istanbul di Turki, yang pernah diperebutkan banyak bangsa.

Konstantinopel diperebutkan karena lokasinya strategis untuk aktivitas perdagangan dan mudah dipertahankan dari musuh.

Pada tahun 330, Konstantinopel ditetapkan sebagai ibu kota kekaisaran oleh Kaisar Romawi Konstantinus Agung.

Konstantinopel, yang menjadi ibu kota Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium) selama sebelas abad, bukan hanya sebuah kota, tetapi simbol ketangguhan pertahanan dan pusat keagamaan Kristen yang megah.

Namun, kejayaan Kekaisaran Bizantium runtuh pada pertengahan abad ke-15 akibat penaklukan Konstantinopel.

Konstantinopel ditaklukkan oleh Muhammad Al Fatih atau Mehmed II, Sultan Turki Utsmani yang naik takhta sejak usia 12 tahun.

Muhammad Al Fatih menaklukkan Konstantinopel pada 29 Mei 1453.

Baca juga: Muhammad Al Fatih, Sultan Ottoman Penakluk Konstantinopel

Sempat dipandang sebelah mata karena dipandang terlalu muda, Muhammad Al Fatih menaklukkan Konstantinopel pada usia 21 tahun, dan sekaligus mengakhiri riwayat Kekaisaran Bizantium.

Lantas, bagaimana cara Muhammad Al Fatih menaklukkan Konstantinopel?

Strategi penaklukkan Konstantinopel

Muhammad Al Fatih memiliki motivasi kuat untuk menaklukkan Konstantinopel, termasuk dorongan religius dan ambisi politik.

Tujuan Muhammad Al Fatih menaklukan Konstantinopel adalah meruntuhkan dominasi Kekaisaran Bizantium, menegaskan kekuatan Islam, dan menguasai kegiatan perdagangan internasional di kawasan tersebut.

Konstantinopel terkenal karena pertahanannya yang sangat kuat, tetapi berbekal strategi yang terencana dengan matang, pasukan Muhammad Al Fatih dapat menembusnya.

Baca juga: Mengapa Konstantinopel Diperebutkan?

Pertahanan pertama Konstantinopel berupa dinding kecil yang didirikan oleh Konstantinus I mengelilingi perbukitan kota.

Selain itu, ada Tembok Theodosian, yang terdiri dari dinding ganda yang membentang sekitar 2 kilometer.

Konstantinopel dibangun di atas tujuh bukit yang menjulang berjajaran di sepanjang pesisir selatan Golden Horn (Tanduk Emas) dan di pojok barat daya kota menghadap ke Laut Marmara.

Posisi kota yang dikelilingi benteng alami berupa bukit dan perairan pada tiga sisinya, membuatnya sulit ditembus musuh.

Selain bangsa-bangsa asing, umat Islam berkali-kali berusaha menaklukkan Konstantinopel sejak zaman Kekhalifahan Umayyah, tetapi selalu gagal karena kokohnya benteng-benteng kota itu.

Baca juga: Jatuhnya Konstantinopel ke Tangan Turki

Salah satu strategi yang diterapkan oleh Muhammad Al Fatih dalam menaklukkan Konstatinopel adalah membentuk perjanjian dengan beberapa musuhnya.

Strategi di bidang politik luar negeri ini dilakukan dengan mengadakan pertemuan bersama Galata, Majd, dan Venesia, yang saat itu sedang berkonflik dengan Kekaisaran Turki Utsmani.

Maksud Muhammad Al Fatih mengajukan perjanjian damai adalah agar bisa fokus pada penaklukan Konstatinopel dan memastikan kelancaran serangannya tanpa gangguan dari pihak lain.

Namun, strategi ini tidak berjalan baik, karena negara-negara musuh melanggar perjanjian dan berpihak kepada Konstantinopel.

Mengetahui hal itu, Al Fatih fokus pada strategi militer. Ia mencari cara mengorganisir serangan pasukannya dan memastikan persiapannya matang.

Al Fatih menyiapkan pasukan yang besar dan berkualitas, serta bekerja sama dengan ahli senjata terkenal bernama Orban.

Orban, yang dikenal sebagai seorang ahli pembuat meriam, menciptakan meriam besar sebagai alat utama untuk menyerang Konstantinopel.

Baca juga: Dampak Jatuhnya Konstantinopel ke Tangan Turki Usmani

Al Fatih berhasil mengumpulkan sebanyak 250.000 tentara yang dilengkapi persenjataan dan menambahkan 400 kapal laut dalam angkatan perangnya.

Sebelumnya, pada 1452, Al Fatih telah menjalankan rencananya dengan membangun benteng di Bosphorus, beberapa mil di utara Konstantinopel.

Kemudian, pada Oktober 1452, Mehmed menempatkan pasukan di Peloponnese untuk memblokade Thomas dan Demetrios supaya tidak bisa memberi bantuan kepada saudara mereka, Konstantin XI, di Konstantinopel.

Berbekal persenjataan baru nan canggih, pada 6 April 1453, sebanyak pasukan Muslim yang dipimpin Al Fatih memulai serangan terhadap 8.000 pasukan Kristen di Konstantinopel di bawah pimpinan Konstantin XI, kaisar Bizantium ke-57.

Setelah berhasil melewati tembok pertahanan kota bersama bala tentaranya yang sangat besar, Al Fatih mengepung Konstantinopel.

Pengepungan terhadap Konstantinopel berlangsung cukup lama karena benteng kota belum bisa ditembus.

Baca juga: Mengapa Jatuhnya Konstantinopel Mendorong Penjelajahan Samudra?

Menyadari potensi ancaman terhadap kapal perangnya dari arah selatan, Al Fatih mengambil keputusan untuk memindahkan armada lautnya guna menghindari perangkap bawah laut yang dipasang oleh tentara Romawi.

Dalam waktu semalam, sekitar 70 kapal berhasil melintasi selat Golden Horn dan melakukan serangan langsung ke pusat pertahanan Konstantinopel.

Selama penaklukannya, Al Fatih juga dengan menerapkan strategi defect, yaitu menolak bekerja sama dengan lawan dalam setiap langkah yang diambil dan hanya fokus mengejar sasaran.

Konstantin XI berupaya keras untuk melindungi dan mempertahankan kotanya dengan segala cara, termasuk menyodorkan tawaran kerja sama kepada Muhammad Al-Fatih dengan imbalan yang menggiurkan asal pasukannya ditarik.

Namun, Al Fatih tidak menerima tawaran tersebut. Setelah 53 hari dikepung, Konstantinopel akhirnya jatuh pada 29 Mei 1453.

Baca juga: Suleiman I, Pembawa Kejayaan Kekaisaran Turki Usmani

Setelah menaklukkan kota, Al Fatih menjadikan Konstantinopel sebagai ibu kota Ottoman yang baru, menggantikan Adrianople.

Kekuasaan Kekaisaran Bizantium berakhir bersamaan dengan jatuhnya Kota Konstantinopel ke tangan kekuasaan Turki Usmani.

Jatuhnya Konstantinopel mengakibatkan krisis di Eropa, karena perdagangan internasional yang sebelumnya terpusat di sana ditutup oleh sultan bagi pedagang Eropa.

Situasi itu memicu lahirnya era penjelajahan samudra oleh bangsa Eropa untuk mencari sumber komoditas perdagangan internasional, utamanya rempah-rempah.

 

Referensi:

  • Fitriana, FN, dkk. (2022). Kejayaan Muhammad Al-Fatih dalam Menaklukkan Konstantinopel Tahun 1453 Masehi. Nusantara Hasana Journal, 2(2), 60-66.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com