KOMPAS.com - Abad ke-15 menandai era dimulainya penjelajahan samudra oleh bangsa Eropa ke belahan dunia timur.
Hal utama yang melatarbelakangi bangsa Barat ke dunia bagian timur adalah keinginan untuk mencari rempah-rempah langsung ke sumbernya.
Menurut para sejarawan, hal itu didorong oleh jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani pada 1453.
Mengapa jatuhnya Konstantinopel dianggap sebagai salah satu faktor pendorong bangsa Eropa mencari daerah rempah-rempah sendiri?
Baca juga: Mengapa Konstantinopel Diperebutkan?
Konstantinopel adalah sebutan lama untuk Kota Istanbul di Turki.
Salah satu keistimewaan Kota Konstantinopel adalah wilayahnya masuk dalam benua Asia dan Eropa.
Kondisi itu membuat lokasinya sangat strategis, karena berada di persimpangan rute perdagangan darat antara Asia dan Eropa.
Konstantinopel juga terletak di ujung semenanjung berbentuk segitiga, sehingga secara alami wilayahnya dikelilingi oleh perairan di ketiga sisinya.
Alhasil, kota ini memiliki akses langsung melalui laut ke Afrika, Mediterania, dan Laut Hitam.
Sejak tahun 330 hingga 11 abad kemudian, Konstantinopel menjadi ibu kota dari Kekaisaran Bizantium atau Romawi Timur.
Selama itu, Konstantinopel tumbuh menjadi kota besar dan terkuat dalam dunia perdagangan bangsa Eropa sekaligus pertahanan Kristen terhadap Islam.
Selama itu pula, Konstantinopel diperebutkan banyak bangsa.
Setelah berabad-abad menjadi saksi bisu pertarungan politik dan perebutan kekuasaan dari berbagai pihak, akhirnya pada 29 Mei 1453, Konstantinopel jatuh ke tangan Turki Utsmani di bawah pimpinan Muhammad Al-Fatih atau Mehmet II.
Baca juga: Muhammad Al Fatih, Sultan Ottoman Penakluk Konstantinopel
Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani mengakibatkan krisis di Eropa, mengingat pentingnya peran kota ini bagi pedagang Eropa.
Setelah Konstantinopel menjadi ibu kota Turki Usmani, jalur perdagangan rempah-rempah Asia-Eropa diblokade.