KOMPAS.com - Spanyol tiba di Tidore pada 8 November 1521, di bawah pimpinan Kapten Sebastian del Cano.
Kedatangan Spanyol, yang melakukan pelayaran dari Filipina, diterima dengan baik oleh Sultan Tidore saat itu, yakni Sultan Al-Mansur (1512-1526).
Bahkan Kesultanan Tidore memutuskan bersekutu dengan Spanyol dan mengizinkan mereka menggelar dagangan di pasar serta membantu membuatkan tempat berjualan.
Apa yang menjadi penyebab bangsa Spanyol disambut baik oleh Kerajaan Tidore?
Baca juga: Kerajaan Tidore: Sejarah, Masa Kejayaan, dan Peninggalan
Kesultanan Tidore tercatat sebagai kerajaan yang pada masa lalu bersahabat dengan bangsa Spanyol.
Kesultanan Tidore menyambut baik kehadiran Spanyol di wilayahnya karena ingin menjadikan Spanyol sekutunya untuk mengimbangi Kesultanan Ternate yang telah menjalin aliansi dengan Portugis.
Pasalnya, Kerajaan Tidore selalu terlibat persaingan ketat dengan Kerajaan Ternate, terutama persaingan di bidang politik dalam rangka menguasai hegemoni Maluku.
Oleh sebab itu, masing-masing kerajaan selalu siap berebut mitra asing. Ketika Portugis tiba di Ambon pada 1512, Tidore kalah cepat dari Ternate dalam menjemput Portugis.
Ketika Spanyol mendarat di Kepulauan Maluku sembilan tahun kemudian, Sultan Al Mansur tidak mau kecolongan lagi.
Alhasil, pada 10 November 1521, atau dua hari setelah kedatangan armada Spanyol, Sultan Al Mansur mengundang mereka ke istana di Mareku untuk jamuan makan siang.
Dari situlah, kemitraan antara Spanyol dan Tidore diresmikan.
Baca juga: Hubungan antara Spanyol dengan Kerajaan Tidore
Setelah mencapai tujuannya untuk berdagang dan memperoleh cukup banyak rempah-rempah, rombongan bangsa Spanyol ingin kembali ke negaranya.
Namun, Sultan Al-Mansur mendesak Spanyol agar tetap tinggal dan melanjutkan berdagang.
Del Cano mengabulkan desakan Sultan Al Mansur dan meninggalkan empat awak kapalnya di Tidore untuk lanjut berdagang.
Pada akhir Desember 1521, Sebastian del Cano membawa kapalnya pulang ke Spanyol dan berjanji akan mengirimkan ekspedisi lanjutan ke Tidore untuk menjaga kemitraannya.
Kehadiran kapal-kapal Spanyol di Tidore memicu ketegangan dengan Portugis, yang pada saat itu sudah bersekutu dengan Ternate.
Seperti halnya Ternate dan Tidore, antara Portugis dan Spanyol memang terjadi persaingan yang serius dalam perburuan rempah-rempah dan pelayaran samudra.
Baca juga: Konflik Portugis dan Spanyol di Maluku
Pada 1524, Tidore mulai digempur oleh 600 tentara gabungan pasukan Ternate dan Portugis.
Serangan itu membuat ibu kota Tidore porak-poranda, meski pasukan Ternate dan Portugis berhasil dihalau untuk mundur.
Peperangan antara aliansi Tidore-Spanyol melawan Ternate-Portugis terjadi selama hampir satu dekade.
Spanyol dan Portugis akhirnya sepakat menyelesaikan perseteruan mereka melalui Perjanjian Saragosa, yang dilaksanakan 22 April 1529 di Saragosa, Spanyol.
Perjanjian ini merupakan pembagian garis demarkasi 952 mil di wilayah perairan Maluku.
Berdasarkan Perjanjian Saragosa, Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan perdagangannya di Filipina, sedangkan Portugis tetap melanjutkan kegiatannya di Maluku.
Bangsa Spanyol mundur dari Maluku ke Filipina dengan menerima kompensasi sebesar 350.000 ducats.
Perjanjian itu tidak sepenuhnya menghilangkan keberadaan bangsa Spanyol dari Maluku.
Armada Spanyol tetap datang untuk berdagang, bahkan sempat membantu Tidore melawan VOC.
Spanyol baru benar-benar angkat kaki ketika Belanda menguasai hegemoni di Kepulauan Maluku.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.