Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Syekh Abdussamad al-Palimbani

Kompas.com - 18/03/2024, 23:50 WIB
Ini Tanjung Tani,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

Sumber Kompas TV

Penulisan namanya dalam kamus biografi Arab tersebut menunjukkan Syekh Abdussamad memiliki karier yang terhormat di antara ulama-ulama Islam di Timur Tengah.

Selama di Mekkah, Syekh Abdussamad al-Palimbani menulis banyak buku, baik dalam bahasa Arab maupun Melayu.

Kitab-kitab karyanya masih dibaca, dipelajari, dan dijadikan rujukan di berbagai daerah Indonesia, hingga sekarang.

Banyak juga pondok pesantren di Asia Tenggara, seperti Thailand, Malaysia, dan Brunei Darussalam, yang mengkaji kitab karya Abdussamad.

Baca juga: Syekh Abdurrauf as-Singkili, Pelopor Tarekat Syattariyah di Indonesia

Beberapa kitab karya Syekh Abdussamad al-Palimbani di antaranya:

  • Shirat Al-Murid, Fi Bayan Kalimat At-Tauhid
  • Hidayat As-Salikin, Fi Suluk Maslak Al-Muttaqin
  • Siyar As-Salikin, Fi Tharikat As-Sadat Ash-Shufiyyah
  • Al-‘Urwat Al-Wutsqa
  • Ratib As-Syaykh ‘Abd Ash-Shamad Al-Falimbani

Peran aktif Syekh Abdussamad dalam Melawan Penjajah

Selain sebagai ulama yang aktif menyebarkan ilmu agama Islam melalui karya-karyanya, Syekh Abdussamad Al-Palimbani juga berperan dalam melawan penjajahan bangsa Belanda.

Ia memiliki perhatian terhadap kondisi rakyat Nusantara yang tertindas oleh kebijakan Belanda.

Walaupun tidak turun secara langsung melakukan perlawanan, Syekh Abdussamad terus memantau kondisi rakyat Indonesia sejak ia tinggal di Mekkah.

Ia selalu meminta informasi kepada para jemaah haji, dan senantiasa bertukar kabar dengan muridnya di Jawa, yaitu Pangeran Mangkubumi di Yogyakarta, Pangeran Mangkunegaran, dan Prabu Djaka di Surakarta.

Baca juga: Biografi Syekh Muhammad Hasan Asyari, Ulama Besar Asal Pulau Bawean

Dari para muridnya tersebut, Syekh Abdussamad mendapatkan surat-surat yang berisi masalah politik kerajaan yang bersangkutan dengan kolonialisme Belanda.

Dalam suratnya, Syekh Abdussamad berusaha memberikan inspirasi melawan penjajahan melalui perspektif agama.

Tidak hanya itu, karya-karya Syekh Abdussamad juga memantik semangat perjuangan masyarakat Nusantara untuk melawan penjajah, bahkan setelah ia wafat.

Misalnya, dalam Perang Aceh pada akhir abad ke-19, risalah kitab Nashihat almuslimin wa-tadhkirat al-mu’minin fifadhail al-jihad fi-sabil Allah wakaramatu al-mujahidin fi sabil mengobarkan semangat perjuangan masyarakat Aceh melawan Belanda.

Wafat

Akhir hidup Syekh Abdussamad al-Palimbani masih menjadi perdebatan di kalangan sejarawan dan ulama.

Tertulis dalam manuskrip yang bertajuk Zikir Syekh Muhammad Saman, Syekh Abdussamad Al-Palimbani diperkirakan wafat pada 1832 di Patani.

Sumber lain mengatakan bahwa Syekh Abdussamad al-Palimbani wafat tahun 1200 Hijriah atau bertepatan pada 1785 Masehi.

Melansir Kompas TV, Guru Besar Sejarah UIN Jakarta Prof Azyumardi Azra memperkirakan bahwa Syekh Abdussamad wafat di Arab dalam usia 85.

Terkait tempat ia dikebumikan, beberapa sejarawan juga berbeda pendapat. Ada yang mengatakan Syekh Abdussamad wafat di Mekkah, tetapi ada juga mengatakan ia dikebumikan di Kedah, Malaysia.

 

Referensi:

  • Masyrullahushomad dan Heryati. (2022). Peranan Syaikh Abdus-Samad Al-Palimbani dalam Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajah Abad XVIII. Danadyaksa Historica, 2(1).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com