Perasaan keterikatan ini membuat lebih mudah dalam bernegosiasi dan berdiplomasi.
Strategi manajemen isu dijalankan dengan menyebarkan propaganda dan kabar atau desas-desus di lingkungan politik maupun sosial.
Dalam strategi ini, Belanda akan bertindak seolah-olah menjadi pihak netral di antara kedua kubu yang sedang berselisih.
Baca juga: Apa Itu Strategi Winning the Heart pada Masa Perang Padri?
Merekrut pemimpin lokal sebagai bagian dari rantai manajemen terbawah dengan memberikan pengakuan yang mengatasnamakan Kerajaan Belanda terhadap entitas politik di suatu daerah.
Salah satu strategi politik adu domba yang dijalankan oleh Belanda yaitu dengan mengatur perang saudara.
Tujuan utama dari mengatur perang saudara adalah agar terjadi perpecahan di antara rakyat Indonesia, sehingga lebih mudah dikendalikan.
Perang saudara juga menyebabkan hilangnya persatuan antarkelompok yang dapat menjadi kelompok yang lebih besar.
Contoh politik adu domba di Indonesia yang menggunakan cara ini adalah Perang Padri di Sumatera Barat, di mana Belanda berhasil memprovokasi kaum Adat untuk berperang dengan kaum Padri.
Baca juga: Sejarah Masuknya Belanda ke Indonesia dan Tujuan Dibentuknya VOC
Belanda juga masih menjalankan politik devide et impera pasca-Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Politik devide et impera yang diterapkan oleh Belanda pada saat itu adalah dengan pembentukan negara boneka.
Melalui cara ini, Belanda berhasil membentuk negara boneka yang dikendalikannya, yaitu Negara Indonesia Timur, Negara Sumatera Timur, Negara Madura, Negara Pasundan, Negara Sumatra Selatan, dan Negara Jawa Timur.
Referensi: