Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Kelam Genosida Kamboja

Kompas.com - 28/02/2024, 13:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sumber History

KOMPAS.com - Genosida Kamboja adalah peristiwa pembunuhan sistematis terhadap rakyat Kamboja, yang berlangsung dari tahun 1975 hingga 1978.

Penduduk Kamboja mengalami genosida pada masa pemerintahan Pol Pot, pemimpin partai komunis Khmer Merah atau Khmer Rouge.

Selama sekitar empat tahun pemerintahan Pol Pot, korban Genosida Kamboja diperkirakan mencapai 3 juta orang.

Berikut ini sejarah Genosida Kamboja.

Baca juga: Khmer Merah, Rezim Komunis yang Menguasai Kamboja

Penyebab terjadinya genosida di Kamboja

Pada 17 April 1975, Khmer Merah memegang tampuk kekuasaan di Kamboja setelah memenangkan perang saudara yang berkecamuk selama bertahun-tahun.

Pemimpin militer Khmer Merah, Pol Pot, kemudian diangkat menjadi kepala pemerintahan yang baru di Kamboja.

Rezim Khmer Merah memiliki visi menciptakan negara agraris bergaya komunis yang "murni".

Cita-cita rezim Khmer Merah itulah yang menjadi penyebab terjadinya genosida di Kamboja.

Menurut Pol Pot, rakyat Kamboja telah dirusak oleh pengaruh luar, khususnya oleh Vietnam dan negara Barat.

Untuk menciptakan ras "murni" Kamboja, orang-orang yang telah terkena pengaruh luar atau membangkang terhadap rezim Khmer Merah, harus dimusnahkan.

Baca juga: Mengapa Laos dan Kamboja Terlibat dalam Perang Vietnam 1970?

Pol Pot memimpin peristiwa genosida Kamboja

Setelah mendeklarasikan tahun 1975 sebagai "tahun nol" bagi Kamboja, Pol Pot mengisolasi negaranya dari komunitas global.

Mata uang, harta pribadi, agama, semua dihapus dan dilarang oleh rezim Khmer Merah.

Genosida di Kamboja yang dipimpin oleh Pol Pot, dimulai dengan pembunuhan terhadap ribuan perwira militer dan pemindahan paksa penduduk ibu kota, Phnom Penh, ke area pedesaan.

Di bawah todongan senjata, mereka dipaksa pindah ke pedesaan untuk menjalankan program pertanian.

Ratusan ribu pekerja tersebut berakhir meninggal karena beban kerja yang terlalu berat, penyakit, kelaparan, hingga akibat penganiayaan yang dilakukan oleh para penjaga yang mengawasi area kamp.

Baca juga: Peran Indonesia dalam Penyelesaian Masalah Kamboja

Di samping itu, rezim Khmer Merah juga secara sengaja mengeksekusi ratusan ribu orang yang dianggap sebagai musuh negara.

Orang-orang yang dianggap sebagai musuh negara umumnya adalah loyalis dari rezim sebelumnya, aktivis, etnis minoritas, hingga kelompok intelektual.

Tidak hanya dokter, pengacara, dan guru, konon, ada yang dieksekusi hanya karena terlihat pintar, misalnya berkacamata atau bisa berbahasa asing.

Sedangkan kelompok minoritas yang menjadi target adalah etnis Tionghoa, Vietnam, dan Muslim Cham.

Mereka yang dianggap sebagai musuh negara menjadi sasaran penganiayaan, pemenjaraan, penyiksaan, dan pembunuhan oleh rezim Khmer Merah.

Terdapat ratusan ribu rakyat terpelajar dan kelas menengah di Kamboja, yang disiksa dan dieksekusi oleh rezim Khmer Merah di sekitar 189 penjara yang didirikan sebagai pusat eksekusi.

Baca juga: Suku Khmer, Penduduk Asli Kamboja

Berapa korban Genosida Kamboja?

Tidak diketahui pasti berapa jumlah keseluruhan korban Genosida Kamboja.

Kisaran korban Genosida Kamboja diperkirakan antara 1,7 juta hingga 3 juta orang.

Para korban tidak hanya tewas di "ladang pembunuhan" di tangan para eksekutor, tetapi juga akibat kesalahan pengelolaan rezim Khmer Merah.

Angka kematian yang tinggi turut disumbang oleh tindakan pembunuhan terhadap kalangan dokter dan staf medis.

Ketiadaan dokter dan staf medis membuat para pekerja paksa yang sakit dan kelaparan, tidak mendapat pertolongan.

Situasi itu berdampak pada menurunnya jumlah produksi, yang memperburuk kondisi ekonomi negara.

Foto tengkorak para korban Genosida Kamboja di Tuol Sleng Genocide Museum.Wikimedia Commons Foto tengkorak para korban Genosida Kamboja di Tuol Sleng Genocide Museum.
Pada akhirnya, Khmer Merah juga mengeksekusi anggota partainya sendiri, yang dinilai gagal mencapai tujuan pertanian, yang sebenarnya pun tidak realistis.

Selain itu, banyak juga pendukung Khmer Merah yang dianggap sebagai mata-mata asing.

Baca juga: Operasi Menu, Saat AS Bombardir Kamboja dengan 110.000 Ton Bom

Akhir Genosida Kamboja

Setelah hampir empat tahun berkuasa, rezim brutal Khmer Merah digulingkan oleh Vietnam, yang menginvasi Kamboja pada Desember 1978.

Menyusul invasi Vietnam, Pol Pot dan pejuang Khmer Merah dengan cepat mundur ke daerah-daerah terpencil di Kamboja. Ada pula yang mundur hingga ke Thailand, tetapi mereka masih melanjutkan gerilya.

Pol Pot sendiri tinggal di pedesaan Kamboja hingga 1997, ketika ia diadili atas kejahatannya terhadap negara.

Namun, persidangan Pol Pot hanya sebatas formalitas, dan mantan diktator ini meninggal karena sakit saat menjadi tahanan rumah di kediamannya.

Baca juga: Memorial Holocaust, Monumen Genosida Yahudi di Jerman

Pada Januari 2001, Pemerintah Kamboja membentuk Pengadilan Khmer Merah untuk mengadili kepemimpinan Khmer Merah atas kejahatan kemanusiaan yang dilakukan semasa rezimnya berkuasa.

Persidangan dimulai pada 2009, tetapi hanya tiga orang yang diadili, salah satunya adalah Kaing Guek Eav, komandan penjara S21, yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena kejahatan kemanusiaan.

Sebagian besar pendukung Khmer Merah yang memiliki andil dalam Genosida Kamboja tetap tidak mendapatkan hukuman.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com