Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Udin Suchaini
ASN di Badan Pusat Statistik

Praktisi Statistik Bidang Pembangunan Desa

Komeng dan Refleksi Kebahagiaan

Kompas.com - 26/02/2024, 13:51 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Lebih luas lagi, banyak kejadian bunuh diri akibat tekanan mental yang tak tertanggulangi. Dari data Potensi Desa (Podes) 2021, bisa ditunjukkan sebanyak 3.058 desa/kelurahan ada kejadian bunuh diri.

Dari hasil pembangunan, turunnya angka kemiskinan dan pengangguran, berdampak pada peningkatan kesejahteraan. Sehingga upaya perlindungan sosial juga perlu dilakukan penyesuaian. Karena, kelompok menengah perlu perlindungan berbeda.

Refleksinya, terpilihnya Komeng sebagai anggota DPD, sebagai mediator komedi untuk menghibur diri dalam menghadapi tekanan mental yang bertubi-tubi pada kelompok menengah baru.

Seperti beban kerja yang tak diiringi peningkatan pendapatan, bahkan tergerus inflasi.

Meningkatnya beban pengeluaran akibat tingginya bahan makanan pokok yang dikonsumsi.
Dampaknya, kecemasan, kekhawatiran, dan perasaan tertekan hingga berujung pada depresi yang meningkatkan gangguan kesehatan mental sejak masa pandemi di tengah ketidakpastian ekonomi.

Meski demikian, bukan berarti wilayah dengan tingkat kemiskinan tinggi warganya tidak bahagia. Terbukti di Maluku, papua, Gorontalo memiliki kemiskinan tinggi, tetapi kebahagiaan tinggi.

Ada juga, wilayah dengan pengangguran tinggi, namun warganya memiliki kebahagiaan yang tinggi, seperti di Provinsi Riau, Sulawesi Utara, Maluku.

Hal ini memungkinkan terjadi, jika pemerintah mampu memberikan lingkungan tempat tinggal yang menyenangkan kehidupan masyarakat yang menopang kebahagiaannya.

Seperti kata Komeng, kalau memang belum bisa menjanjikan kesejahteraan, paling tidak bisa membahagiakan.

Pemerintah dapat memperbanyak tempat untuk “Healing”, atau lingkungan tempat tinggal yang mampu menurunkan tingkat stres untuk sejenak melupakan beban hidup mulai dari komunitas terendah, desa/kelurahan.

Sebagai gambaran dari data Potensi Desa (Podes) 2021, telah banyak desa yang memiliki tempat untuk menjaga kewarasan.

Seperti di 8.342 desa/kelurahan ada tempat wisata, ada juga 30,15 persen atau 25.356 desa/kelurahan yang memiliki ruang publik terbuka, termasuk 10,23 persen atau 8.602 desa/kelurahan memiliki pusat kebugaran.

Sementara, jika kebahagiaannya dari olah raga, maka telah ada 47.863 desa/kelurahan memiliki lapangan sepakbola, 60.167 desa/kelurahan memiliki lapangan bola voli, 36.157 desa kelurahan memiliki lapangan bulu tangkis. Semua siap dimanfaatkan untuk menjaga kebugaran fisik dan pikiran.

Bagi generasi sekarang, kesenangannya dari game online, juga telah ditopang oleh keterjangkauan internet di pelosok negeri. Kekuatan sinyal telepon seluler dan sinyal internet di desa/kelurahan 18,22 persen desa/kelurahan sangat kuat, 54,71 persen desa/kelurahan sinyal kuat.

Kebahagiaan telah diukur di berbagai negara. Bahkan, pada Publikasi World Happiness Report 2023 menunjukkan Indonesia ranking 84 dari 137 negara.

Posisi Indonesia di bawah Afrika Selatan dan jauh di bawah negeri Jiran yang mendapat ranking 55. Sementara, di Bhutan telah lama menggunakan Gross National Happiness (GNH) sebagai ukuran pembangunan.

Selain itu, sebagai mitra strategis Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), Indonesia sudah selayaknya menempatkan ukuran kesejahteraan subjektif.

Di negara OECD, mereka menggunakan 11 indikator subjektif yang tergabung dalam better life index dan sudah tersedia di Indeks Kebahagiaan Indonesia saat ini.

Sekarang, Komeng menjadi refleksi nyata akan kebutuhan kebahagiaan sebagai pelengkap ukuran makro hasil pembangunan. Bukankah tujuan kebijakan pemerintah ujungnya adalah membahagiakan rakyatnya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com