Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Kusamba di Bali: Penyebab, Kronologi, dan Dampaknya

Kompas.com - 15/02/2024, 18:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Perang Kusamba atau Perang Bali III terjadi pada tahun 1849.

Desa Kusamba saat ini masuk dalam wilayah Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Bali.

Pada masa Perang Kusamba, daerah ini diperintah oleh Dewa Agung Putra Kusamba, putra sulung Dewa Agung Sakt raja Kerajaan Klungkung.

Perang Kusamba merupakan bagian dari serangkaian perlawanan rakyat Bali terhadap Belanda, yang dipicu oleh Hukum Tawan Karang.

Berikut ini sejarah Perang Kusamba di Bali.

Baca juga: Dampak Perang Jagaraga

Penyebab Perang Kusamba

Motivasi Belanda untuk menguasai Bali bukan sekadar meluaskan kekuasaannya di Indonesia, tetapi juga tidak ingin Pulau Dewata jatuh ke dalam cengkeraman Inggris.

Untuk itu, Belanda mulai mengirim ekspedisi-ekspedisinya ke Bali, yang kemudian terganggu akibat keberadaan Hukum Tawan Karang.

Hukum Tawan Karang atau Hak Tawan Karang adalah bagian dari hukum adat di bidang maritim yang diakui dan dilaksanakan oleh seluruh raja Bali dan Lombok.

Hukum ini memberi hak kepada para penguasa di Bali dan rakyat yang tinggal di tepi pantai untuk menguasai seluruh isi kapal asing yang terdampar di perairannya, sedangkan penumpangnya dapat diperbudak atau bila perlu dibunuh.

Belanda, yang kerap merugi akibat Hukum Tawan Karang, berusaha untuk menghapusnya dengan membuat kontrak dengan raja-raja Bali, termasuk dengan pihak Kerajaan Klungkung.

Kontrak yang dibuat pada tahun 1841 dan 1843 itu tidak ada timbal baliknya bagi pihak Klungkung.

Isinya memuat kewajiban penghapusan Hukum Tawan Karang dan pengakuan atas kekuasaan Belanda di wilayahnya.

Baca juga: Hukum Tawan Karang: Pengertian, Pelaksanaan, dan Penghapusan

Raja Klungkung dan raja-raja Bali lainnya, umumnya menyepakati kontrak dengan Belanda secara terpaksa, karena ada motif tertentu.

Misalnya perjanjian yang disepakati Klungkung pada 1841, hanya sekadar siasat untuk mengembalikan kekuatan dan kekuasaan seluruhnya atas jajahannya di Pulau Lombok.

Dengan begitu, Klungkung dapat mempertahankan koalisinya untuk menghadapi serangan Belanda.

Kendati demikian, rakyat tetap merasa seolah-olah negerinya telah diberikan kepada Belanda.

Oleh karena perjanjian dengan Belanda hanya dilandasi keterpaksaan, realisasinya pun kosong.

Hukum Tawan Karang tetap dilaksanakan oleh rakyat, dan Kerajaan Klungkung mengirimkan bantuan sebanyak 1.600 prajurit ke Buleleng untuk menghadapi Belanda.

Kesimpulannya, penyebab Perang Kusamba adalah pelanggaran Kerajaan Klungkung terhadap isi perjanjian 24 Mei 1843 dengan Belanda, terutama terkait pelaksanaan Hukum Tawan Karang dan pengiriman bantuan ke Buleleng.

Baca juga: Apa Upaya Belanda Mengatasi Hukum Tawan Karang?

Kronologi Perang Kusamba

Pembangkangan Kerajaan Klungkung terhadap perjanjian yang disepakati tahun 1843 menjadi titik tolak Belanda mengirimkan ekspedisinya ke Kusamba di bawah pimpinan Jenderal Michiels.

Perang Kusamba terjadi pada 24-25 Mei 1849. Saat itu, Belanda telah meraih kemenangan di Jagaraga dan Karangasem.

Pada 24 Mei 1849 Kusamba diserang dari arah timur oleh Belanda. Pemimpin Perang Kusamba adalah Anak Agung Made Sangging, panglima perang Kerajaan Klungkung.

Panglima Sangging adalah adik raja Klungkung, sekaligus paman dari penguasa Kusamba.

Rakyat Kusamba telah memperkuat garis pertahanannya di sepanjang punggung bukit Wates, dengan laskar induk berpusat di Gua Lawah yang berkekuatan 2.000 prajurit.

Setelah lima jam, pertahanan Gua Lawah akhirnya dibobol Belanda, yang memaksa pasukan tersisa harus mundur ke Kusamba.

Pasukan di Kusamba yang berjumlah sekitar 3.000 orang, dikepung Belanda dari utara, timur, dan selatan.

Baca juga: Keterkaitan antara Hak Tawan Karang dan Perlawanan Rakyat Bali

Di tengah pertempuran, datang bantuan dari Gianyar, sebagai bukti solidaritas raja-raja Bali yang anti terhadap penjajahan Belanda.

Tembakan-tembakan Belanda yang terarah baik, membuat laskar Klungkung mundur dan istana Kusamba berhasil diduduki tentara Belanda.

Dewa Agung Putra melarikan diri bersama Panglima Sangging dan pasukan-pasukannya menuju barat, ke Sateria yang masih termasuk wilayah Klungkung.

Sisa-sisa laskar Kusamba kemudian mundur sambil melakukan politik bumi hangus, membakar setiap rumah dan persediaan makanan.

Panglima Sangging menyampaikan berita kekalahan Kusamba kepada raja Klungkung.

Pada tengah malam menjelang 25 Mei, Panglima Sangging kembali dikirim ke Kusamba untuk menyerang perkemahan Belanda, yang bersiap menghancurkan Kota Klungkung.

Dalam serangan mendadak itu, Panglima Sangging berhasil membunuh Jenderal Michiels, yang kemudian digantikan oleh Letnan Kolonel van Swieten.

Baca juga: Mengapa Pemuda Bali Melakukan Perlawanan terhadap Jepang?

Dampak Perang Kusamba

Perang Kusamba dimenangkan oleh Belanda, karena dari segi persenjataan, rakyat Kusamba memang kalah telak.

Pasukan Belanda dilengkapi dengan senjata, bahkan tiap prajurit dapat membawa senapan.

Sedangkan laskar Kusamba hanya berbekal tombak, keris, pedang, dan bambu runcing yang tidak efektif untuk serangan jarak jauh.

Jatuhnya Kusamba merupakan pukulan besar bagi Kerajaan Klungkung, baik dari segi politik, ekonomi, hingga pasukan.

Perang ini menyebabkan Kusamba kehilangan 1.000 orang yang gugur dalam pertempuran dan 800 lainnya luka-luka.

Meski Belanda kehilangan Jenderal Michiels, prajuritnya yang gugur dan luka hanya belasan orang.

Setelah menguasai Kusamba, Belanda menghancurkannya dengan meriam yang dibawa oleh kapal-kapal perangnya.

Baca juga: Kulkul, Alat Komunikasi Tradisional Khas Bali

Politik bumi hangus dan kehancuran Kusamba akibat tembakan meriam Belanda menyebabkan rakyat menjadi kacau dan kehilangan tempat tinggalnya.

Tidak hanya itu, rakyat kehilangan mata pencariannya karena tanah-tanah pertanian menjadi tidak bisa berproduksi.

Bagi Kerajaan Klungkung, Kusamba merupakan bentengnya yang paling kuat di antara benteng-benteng yang lain.

Jatuhnya Kusamba berarti posisi Klungkung sangat rentan. Pada akhirnya, Klungkung terpaksa menandatangani kontrak lagi dengan Belanda pada 13 Juli 1849.

Kendati demikian, tidakan itu hanyalah suatu taktik perjuangan diplomasi untuk menahan Belanda agar tidak melanjutkan serangannya ke ibu kota Klungkung.

Setelah penandatanganan perjanjian, Klungkung tetap memperkuat koalisinya untuk menanamkan semangat anti Belanda, secara rahasia.

 

Referensi:

  • Sutaba, I Made. (1983). Sejarah Perlawanan terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di Daerah Bali. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perlawanan Nonkooperatif Kelompok Sukarni terhadap Jepang

Perlawanan Nonkooperatif Kelompok Sukarni terhadap Jepang

Stori
Hasil Perlawanan Pangeran Antasari

Hasil Perlawanan Pangeran Antasari

Stori
Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Stori
Jumlah Pasukan Perang Badar

Jumlah Pasukan Perang Badar

Stori
Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Stori
Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Stori
Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Stori
Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Stori
Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Stori
Sejarah Kelahiran Jong Java

Sejarah Kelahiran Jong Java

Stori
7 Fungsi Pancasila

7 Fungsi Pancasila

Stori
Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Stori
JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

Stori
Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Stori
Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com