KOMPAS.com - Pembantaian Kuta Reh merupakan bagian dari Perang Aceh melawan pasukan Belanda.
Pada 14 Juni 1904, pasukan Belanda di bawah pimpinan Van Daalen membantai rakyat Tanah Alas dari Kampung Kutarih.
Saat Belanda menyerbu, rakyat yang tidak mau tunduk kepada bangsa penjajah membangun benteng dari tanah di area yang tidak jauh dari desa mereka.
Mereka bertahan di dalam benteng tersebut, yang di lokasinya kini telah dibangun Tugu Perjuangan Benteng Kuta Rih, yang terletak di Kecamatan Babussalam, Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh.
Jumlah korban dalam pembantaian di Kutarih hampir mencapai 3.000 orang, termasuk di antaranya perempuan dan anak-anak.
Baca juga: Perang Aceh: Penyebab, Tokoh, Jalannya Pertempuran, dan Akhir
Pada 1904, Gotfried Coenraad Ernst van Daalen diberi komando ekspedisi militer melewati Tanah Gayo, Tanah Alas, dan Tanah Batak.
Tugasnya adalah mematahkan perlawanan rakyat di wilayah tersebut, sekaligus membangun otoritas Belanda di sana.
Saat itu, di pengujung Perang Aceh yang berlangsung sejak 1870-an, rakyat Alas di Kampung Kuta Reh (Kutarih) masih menolak tunduk kepada Belanda.
Mereka bahkan membangun benteng dari tanah dan berani membela diri hanya dengan berbekal 75 senapan.
Dalam catatan JCJ Kempees, ajudan Van Daalen, benteng tidak dibangun di sekitar Kampung Kuta Reh, tetapi terletak di daerah terbuka di arah timur laut (lokasi Tugu Perjuangan Benteng Kuta Rih sekarang).
Melihat kegigihan rakyat Kuta Reh, Van Daalen memerintahkan pasukan Korps Marechaussee te voet (Pasukan Marsose) yang berada di bawah komandonya, untuk menyerang.
Baca juga: Pasukan Marsose, Taktik Belanda Kalahkan Teuku Umar
Dalam serangan yang berlangsung tidak lebih dari satu setengah jam, sebagian besar penduduk Kuta Reh telah terbantai.
Kemenangan Van Daalen bahkan diabadikan dalam banyak foto.
Dari laporan itu beserta banyaknya foto yang diambil sesaat setelah kemenangan Van Daalen, terlihat adanya korban yang tinggi di pihak rakyat Alas.