Tempat juga menentukan barang apa saja yang disediakan karena selera pembeli. Pembeli sudah mempunyai preferensi tentang barang. Merek dan jenis produk tertentu disediakan di pasar tertentu.
Di semua jenis pasar, terjadilah kompetisi antara penyedia barang. Mereka berusaha promosi di luar pasar. Jasa tambahan untuk antar atau bonus tertentu pun ditawarkan.
Kompetisi ini sifatnya juga saling mempelajari dan menyalip. Bagaimana strategi lawan dan respons apa yang ditawarkan untuk menarik minat pembeli.
Namun selera pasar sering dinamis. Perubahan selera mendadak para pembeli. Kadangkala selera yang bertahan lama di pasar juga ada.
Produk menyangkut bentuk, kualitas, kemasan, kemanfaatan, atau jasa lain yang ditawarkan penyedia barang.
Selera kadang sulit ditebak. Barang sudah diproduksi dengan hati-hati kadang tidak dilirik. Kualitas prima juga tidak menjamin pembeli menyentuh. Paket lengkap pun belum tentu laku.
Selera pasar memang berbeda dengan asumsi penyedia barang. Pembeli memang raja, dilayani, dirayu, dijanjikan, difasilitasi.
Dalam teori marketing modern ada banyak komponen: barang, harga, promosi, pemasaran, target pemasaran, tempat, harga, paket, bukti, dan proses.
Pasar lebih luas adalah panggung Indonesia, dan seleranya lebih sulit dicari polanya. Pasar segala rupa besar ini tempat kompetisi tidak hanya barang dan jasa ekonomi, tetapi juga hal-hal sosial dan politik.
Intervensi di pasar tidaklah satu-satunya faktor. Selera pembeli tidak tetap atau pun ajeg. Sulit ditebak. Seleranya dinamis, bisa berubah mendadak atau pelan-pelan.
Tidak selamanya kemasan agamis itu diminati, misalnya. Memang promosi dengan cara agamis itu murah, proses tidak panjang, pasarnya jelas karena masyarakat religius.
Masyarakat Indonesia menganggap etika berasal dari agama. Tetapi, kenyataan tidak selalu begitu. Selera pasar berubah tiba-tiba atau sudah lama berubah tidak disadari.
Memang dulu, kemasan agamis paling mudah dipahami. Semua produk dikemas dengan cara itu. Biro perjalanan, fashion, pendidikan, ideologi, ekonomi, politik dan otoritas. Semua dengan cap halal sudah sah.
Namun, selera pasar bisa saja berbelok. Selera pasar kadang mengejutkan. Sesuatu yang sifatnya membosankan, tidak terlalu serius, tidak menghibur, tidak menarik, dan hal-hal remeh temeh malah menarik minat pembeli.
Apalagi pasar sudah bercampur promosi online dan offline, promosi media sosial full plus turun ke pasar.
Penampilan, kemasan, cara promosi, marketing, dan target marketing kadang lebih efektif. Proses produksi, harga instan dan konsekuensi jangka panjang, kadang sedikit pengaruhnya.
Selera pasar membentuk siapa itu manusia. Manusia menyesuaikan selera pasar, termasuk manusia Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.