Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Al Makin
Rektor UIN Sunan Kalijaga

Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Prof. Dr. phil. Al Makin, S.Ag. MA, kelahiran Bojonegoro Jawa Timur 1972 adalah Profesor UIN Sunan Kalijaga. Penulis dikenal sebagai ilmuwan serta pakar di bidang filsafat, sejarah Islam awal, sosiologi masyarakat Muslim, keragaman, multikulturalisme, studi minoritas, agama-agama asli Indonesia, dialog antar iman, dan studi Gerakan Keagamaan Baru. Saat ini tercatat sebagai Ketua Editor Jurnal Internasional Al-Jami’ah, salah satu pendiri portal jurnal Kementrian Agama Moraref, dan ketua LP2M (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) UIN Sunan Kalijaga periode 2016-2020. Makin juga tercatat sebagai anggota ALMI (Asosiasi Ilmuwan Muda Indonesia) sejak 2017. Selengkapnya di https://id.m.wikipedia.org/wiki/Al_Makin.

Selera Pasar

Kompas.com - 11/01/2024, 08:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tempat juga menentukan barang apa saja yang disediakan karena selera pembeli. Pembeli sudah mempunyai preferensi tentang barang. Merek dan jenis produk tertentu disediakan di pasar tertentu.

Di semua jenis pasar, terjadilah kompetisi antara penyedia barang. Mereka berusaha promosi di luar pasar. Jasa tambahan untuk antar atau bonus tertentu pun ditawarkan.

Kompetisi ini sifatnya juga saling mempelajari dan menyalip. Bagaimana strategi lawan dan respons apa yang ditawarkan untuk menarik minat pembeli.

Namun selera pasar sering dinamis. Perubahan selera mendadak para pembeli. Kadangkala selera yang bertahan lama di pasar juga ada.

Produk menyangkut bentuk, kualitas, kemasan, kemanfaatan, atau jasa lain yang ditawarkan penyedia barang.

Selera kadang sulit ditebak. Barang sudah diproduksi dengan hati-hati kadang tidak dilirik. Kualitas prima juga tidak menjamin pembeli menyentuh. Paket lengkap pun belum tentu laku.

Selera pasar memang berbeda dengan asumsi penyedia barang. Pembeli memang raja, dilayani, dirayu, dijanjikan, difasilitasi.

Dalam teori marketing modern ada banyak komponen: barang, harga, promosi, pemasaran, target pemasaran, tempat, harga, paket, bukti, dan proses.

Pasar lebih luas adalah panggung Indonesia, dan seleranya lebih sulit dicari polanya. Pasar segala rupa besar ini tempat kompetisi tidak hanya barang dan jasa ekonomi, tetapi juga hal-hal sosial dan politik.

Intervensi di pasar tidaklah satu-satunya faktor. Selera pembeli tidak tetap atau pun ajeg. Sulit ditebak. Seleranya dinamis, bisa berubah mendadak atau pelan-pelan.

Tidak selamanya kemasan agamis itu diminati, misalnya. Memang promosi dengan cara agamis itu murah, proses tidak panjang, pasarnya jelas karena masyarakat religius.

Masyarakat Indonesia menganggap etika berasal dari agama. Tetapi, kenyataan tidak selalu begitu. Selera pasar berubah tiba-tiba atau sudah lama berubah tidak disadari.

Memang dulu, kemasan agamis paling mudah dipahami. Semua produk dikemas dengan cara itu. Biro perjalanan, fashion, pendidikan, ideologi, ekonomi, politik dan otoritas. Semua dengan cap halal sudah sah.

Namun, selera pasar bisa saja berbelok. Selera pasar kadang mengejutkan. Sesuatu yang sifatnya membosankan, tidak terlalu serius, tidak menghibur, tidak menarik, dan hal-hal remeh temeh malah menarik minat pembeli.

Apalagi pasar sudah bercampur promosi online dan offline, promosi media sosial full plus turun ke pasar.

Penampilan, kemasan, cara promosi, marketing, dan target marketing kadang lebih efektif. Proses produksi, harga instan dan konsekuensi jangka panjang, kadang sedikit pengaruhnya.

Selera pasar membentuk siapa itu manusia. Manusia menyesuaikan selera pasar, termasuk manusia Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com