Namun, Cupid juga menembakkan anak panah timah pada Daphne sehingga ia merasa sangat tidak tertarik kepada Apollo.
Baca juga: Hermes, Dewa Yunani yang Memiliki Sandal Bersayap
Dalam suatu alegori lain, ibu Cupid, yaitu Venus (Aphrodite), merasa sangat cemburu pada Psyche, seorang manusia cantik.
Oleh karena itu, dia memerintahkan anaknya untuk membuat Psyche jatuh cinta pada sebuah monster.
Namun, yang terjadi sebaliknya, Cupid malah begitu terpesona oleh Psyche sehingga ia memutuskan untuk menikahinya, dengan syarat perempuan cantik itu tidak boleh melihat wajah sang dewa cinta.
Mereka pun bersama dan saling mencintai.
Namun, seiring berjalannya waktu, rasa ingin tahu Psyche semakin membesar.
Akhirnya, ia tak tahan lagi dan diam-diam melirik wajah Cupid. Tindakan itu membuat Cupid marah dan dia pergi dalam kemarahannya.
Psyche pun menyesal dan terus mencari di mana Cupid berada.
Setelah menjelajahi dunia untuk mencari kekasihnya, akhirnya Psyche dipertemukan kembali dengan Cupid dan diberikan hadiah keabadian.
Dalam puisi pada periode Archaic, Eros digambarkan sebagai makhluk abadi yang menawan dan tak terkalahkan oleh manusia maupun dewa.
Akan tetapi, pada periode Hellenistik, ia semakin digambarkan sebagai seorang anak yang ceria dan nakal karena hubungannya dengan cinta.
Orang-orang dari Victoria pada abad ke-19 kemudian membuat Hari Valentine populer dan memberikan nuansa romantis pada perayaan tersebut.
Mereka mulai mengilustrasikan gambar Cupid yang menggemaskan pada kartu-kartu Hari Valentine dan kebiasaan ini terus berlanjut hingga sekarang.
Cupid pun kemudian menjadi ikon yang mendamaikan dan menggambarkan esensi cinta dalam tradisi Hari Valentine.
Referensi: