Namun, terdapat cerita lain di balik gambaran menggemaskan Dewa Cupid, sang bayi malaikat.
Jauh sebelum keterkaitannya dengan Hari Valentine, orang Yunani sudah mengenal Cupid sebagai Eros, dewa tampan yang melambangkan cinta.
Berikut ini kisah Dewa Cupid dalam Mitologi Yunani.
Cupid dalam Mitologi Yunani
Penulis awal yang merinci Eros sekitar tahun 700 SM adalah Hesiod, ia menulis dalam karyanya berjudul "Theogony".
Menurutnya, Eros adalah salah satu dewa awal yang lahir dari telur dunia (world egg).
Dalam kepercayaan Yunani kuno, konsep world egg merujuk pada ide kosmologis bahwa alam semesta bermula dari sebuah telur kosmik.
Telur tersebut dianggap sebagai asal mula dan tempat lahirnya dewa atau entitas kosmik yang kemudian menciptakan dunia serta segala isinya.
Cerita tentang orang tua Eros masih sangat beragam.
Beberapa sumber mengatakan bahwa Nyx dan Erebus adalah orang tua Eros.
Sementara itu, sumber lain menyebutkan Aphrodite dan Ares sebagai orang tua Eros.
Selain itu, terdapat versi yang menyebut Iris dan Zephyrus sebagai orang tua Eros.
Ada pula yang menyebut Aphrodite dan Zeus merupakan ayah sekaligus kakek bagi Eros.
Dilengkapi dengan busur dan anak panah emas untuk membangkitkan rasa cinta serta anak panah timah untuk memicu ketidakcintaan, Eros dipercayai menggunakan senjatanya untuk memengaruhi perasaan para dewa dan manusia.
Dalam salah satu kisah dari mitologi Yunani kuno yang kemudian diadopsi oleh Ovidius, penulis Romawi, Cupid (atau Eros) menembakkan anak panah emas ke Apollo yang membuat sang dewa jatuh cinta kepada nimfa bernama Daphne.
Namun, Cupid juga menembakkan anak panah timah pada Daphne sehingga ia merasa sangat tidak tertarik kepada Apollo.
Cupid dan Psyche
Dalam suatu alegori lain, ibu Cupid, yaitu Venus (Aphrodite), merasa sangat cemburu pada Psyche, seorang manusia cantik.
Oleh karena itu, dia memerintahkan anaknya untuk membuat Psyche jatuh cinta pada sebuah monster.
Namun, yang terjadi sebaliknya, Cupid malah begitu terpesona oleh Psyche sehingga ia memutuskan untuk menikahinya, dengan syarat perempuan cantik itu tidak boleh melihat wajah sang dewa cinta.
Mereka pun bersama dan saling mencintai.
Namun, seiring berjalannya waktu, rasa ingin tahu Psyche semakin membesar.
Akhirnya, ia tak tahan lagi dan diam-diam melirik wajah Cupid. Tindakan itu membuat Cupid marah dan dia pergi dalam kemarahannya.
Psyche pun menyesal dan terus mencari di mana Cupid berada.
Setelah menjelajahi dunia untuk mencari kekasihnya, akhirnya Psyche dipertemukan kembali dengan Cupid dan diberikan hadiah keabadian.
Dalam puisi pada periode Archaic, Eros digambarkan sebagai makhluk abadi yang menawan dan tak terkalahkan oleh manusia maupun dewa.
Akan tetapi, pada periode Hellenistik, ia semakin digambarkan sebagai seorang anak yang ceria dan nakal karena hubungannya dengan cinta.
Orang-orang dari Victoria pada abad ke-19 kemudian membuat Hari Valentine populer dan memberikan nuansa romantis pada perayaan tersebut.
Mereka mulai mengilustrasikan gambar Cupid yang menggemaskan pada kartu-kartu Hari Valentine dan kebiasaan ini terus berlanjut hingga sekarang.
Cupid pun kemudian menjadi ikon yang mendamaikan dan menggambarkan esensi cinta dalam tradisi Hari Valentine.
Referensi:
https://www.kompas.com/stori/read/2023/10/15/130000979/kisah-dewa-cupid-dalam-mitologi-yunani