Setelah diyakinkan Sarwo Edhie, Sukitman membeberkan pengalamannya di Lubang Buaya.
Berdasarkan petunjuk Sukitman, Sarwo Edhie menerjunkan pasukan RPKAD yang dipimpin oleh Sintong Panjaitan.
Sintong juga membantah pernyataan Maulwi dengan mengatakan, "Dari awal, hanya pasukan kami yang mencari dan menemukannya."
Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, jenazah tujuh perwira TNI AD ditemukan pada 3 Oktober 1965 dan baru dapat dievakuasi sehari setelahnya.
Hal itu karena sumur Lubang Buaya memiliki kedalaman sekitar 12 meter dengan diameter 0,75 meter, yang membuat tim evakuasi mengalami kesulitan karena keterbatasan alat.
Baca juga: Jenderal Sukendro, Target G30S yang Lolos Karena Perjalanan Dinas
Posisi jasad para korban G30S saat ditemukan di Lubang Buaya bertumpuk, dan berhasil dikeluarkan semuanya pada 4 Oktober 1965.
Setelah diangkat, jenazah dibawa ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) guna diotopsi oleh tim khusus.
Jenazah yang ditemukan di Lubang Buaya yakni Jenderal Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswodiharjo, dan Lettu Pierre Andreas Tendean.
Tujuh anggota TNI AD yang kemudian disebut Pahlawan Revolusi tersebut dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada 5 Oktober 1965.
Referensi: