Kekuatan Athena semakin memuncak setelah berhasil membentuk dan memimpin Liga Delos serta mengusir sisa-sisa pengaruh dan kekuatan Persia di wilayah Yunani.
Perang Peloponnesia dibagi menjadi tiga fase utama, yaitu:
Dampak akhir dari Perang Peloponnesia membawa perubahan mendasar dalam tatanan politik Yunani Kuno.
Sebelum 431 SM, Athena merupakan negara kota terkuat di Yunani.
Namun, setelah perang ini, dominasi Athena berakhir, dan Sparta muncul sebagai kekuatan utama di wilayah tersebut.
Baca juga: Mengenal Trapeza, Sistem Perbankan Masa Yunani Kuno
Pada abad ke-3 SM, Yunani berada di bawah pengaruh dominasi Sparta.
Namun, kekuasaan Sparta ini memiliki sejumlah kelemahan yang mengakibatkan ketidakmampuannya untuk mempertahankan supremasi atas Yunani dalam jangka waktu satu abad.
Beberapa faktor yang menyebabkan hal ini antara lain adalah sebagai berikut:
Pada 395 SM, Athena, Argos, Thebe, dan Korinthos secara bersama-sama melawan Sparta dalam Perang Korinthos (395-387 SM).
Meskipun perang ini berakhir tanpa hasil yang memuaskan, campur tangan Persia membantu Sparta.
Sparta mengalami kekalahan signifikan ketika berhadapan dengan negara kota Thebe dalam Pertempuran Leuktra pada 371 SM.
Thebe kemudian memegang kendali atas Yunani, tetapi dominasinya tidak berlangsung lama.
Pada saat yang sama, negara kota Macedonia tumbuh dan berkembang dengan pesat di bawah pimpinan Philipos II.
Macedonia berhasil mengalahkan pasukan gabungan Athena dan Thebe dalam Pertempuran Khaironeia pada 338 SM.
Philipos II memaksa sebagian besar negara kota Yunani untuk bergabung dalam Liga Korinthos di bawah aliansi dengan Macedonia, serta mencegah mereka untuk saling menyerang.