Proses militer dimulai ketika seorang anak laki-laki telah berusia tujuh tahun dan kemudian diminta untuk meninggalkan rumah dan masuk ke dalam asrama militer.
Anak-anak tersebut dikirim ke rawa-rawa untuk mencabut alang-alang yang nantinya akan digunakan sebagai alas tidur.
Anak-anak ini diberikan makanan yang sangat terbatas dan hanya diizinkan dua kali mandi dalam setahun dengan air dingin.
Ketika mereka mencapai usia 12 tahun, semua pakaian disita dan hanya diberikan satu jubah yang berfungsi sebagai baju satu-satunya sekaligus selimut untuk tidur.
Pada usia 16-17 tahun, anak-anak akan diasingkan ke hutan selama beberapa pekan, sehingga mereka harus merampok dan membunuh budak-budak.
Jika tertangkap selama masa pengasingan itu, mereka akan menghadapi hukuman yang keras.
Program pelatihan ini bertujuan untuk mengenalkan mereka pada kerasnya medan perang.
Namun, pelatihan di Sparta tidak hanya berfokus pada aspek fisik, melainkan juga pada kemampuan komunikasi, sosialisasi, dan semangat kolektif.
Lulusan dari program Agoge ini dijuluki sebagai "tembok Sparta" oleh Lycurgus.
Lycurgus percaya bahwa pertahanan sejati tidak boleh bergantung pada tembok batu, melainkan harus berasal dari semangat dan keterampilan militer warganya sendiri.
Baca juga: Sinopsis Athena, Konflik Besar di Komunitas Athena
Walaupun berhasil mendominasi Yunani Kuno selama beberapa generasi, seiring waktu kekuatan militer Sparta mulai meredup saat munculnya Kota Thebes dan Kerajaan Makedonia.
Sparta memang memiliki prajurit dengan kualitas individu yang sangat tinggi. Namun, dalam hal struktur dan teknologi militer, Sparta tidak lebih baik dari kota-kota Yunani lainnya.
Keunggulan militer Sparta sebenarnya terletak pada kualitas komando jenderal-jenderal yang sangat terlatih.
Namun, pada akhirnya, kualitas individu prajurit Sparta kalah dari inovasi dan taktik yang lebih baik.
Di Thermopylae, ketika Persia mengetahui celah rahasia untuk mengepung posisi Sparta, mereka berhasil mengalahkan formasi pasukan militer yang sebelumnya tidak terkalahkan itu.
Dominasi Sparta terus tergerus seiring waktu, terutama ketika kota Thebes berhasil mengalahkan mereka pada 371 SM.
Sparta juga tidak lagi menjadi kekuatan besar saat Raja Philip II dari Makedonia membentuk Liga Korintus. Akhirnya, Sparta jatuh di bawah penaklukan Romawi pada abad ke-2 SM.
Referensi: