Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Pasukan Sparta, Militer Terbaik Yunani Kuno

Sparta yang berada di Kota Athena, memainkan peran penting dalam memimpin bangsa Yunani Kuno melawan Kekaisaran Persia.

Hal tersebut merupakan pencapaian yang luar biasa, mengingat Sparta memiliki populasi yang jauh lebih kecil daripada kota-kota lain di Yunani.

Apa faktor kunci yang menjadikan militer Sparta begitu legendaris?

Mengapa prajurit Sparta sangat kuat?

Menurut legenda Yunani Kuno, akar sejarah pendahulu Sparta berasal dari Pulau Kreta.

Di masa lalu, para pendiri Sparta berhasil menaklukkan penduduk asli wilayah tersebut.

Dalam proses ini, para pendiri Sparta harus menghadapi perlawanan dari penduduk asli Yunani yang tinggal di wilayah tersebut.

Setelah dikalahkan, mereka dijadikan budak yang dikenal sebagai helots.

Masyarakat Sparta selalu mempertahankan identitas sebagai bangsa penakluk dan karena itulah mereka melihat kaum helots dan kota-kota lain Yunani sebagai potensi ancaman yang berkelanjutan.

Ketakutan akan pemberontakan dari kaum helots ini sangat beralasan, mengingat jumlah penduduk Sparta jauh lebih kecil dibandingkan dengan jumlah budak helots.

Kekhawatiran ini, pada akhirnya, membentuk fondasi budaya militeristik yang kuat di Sparta.

Dalam budaya ini, setiap pria Sparta diharapkan untuk tidak hanya menjadi warga biasa, tetapi juga prajurit yang tangguh.

Hal ini menjadikan Sparta mampu menyediakan prajurit terbaik di seluruh Yunani yang tugas utamanya adalah berperang.

Kehidupan penduduk Sparta

Dalam masyarakat Sparta, kemampuan militer lebih dihargai dan berdampak besar pada kehidupan sehari-hari.

Karena itulah penduduk Sparta tidak diwajibkan untuk melakukan pekerjaan kasar, seperti bertani di bawah sinar matahari yang terik dan melelahkan.

Sebaliknya, penduduk Sparta lebih diarahkan untuk aktif berperang dan mengambil tawanan sebagai bagian dari perang, daripada terlibat dalam pekerjaan kasar.

Struktur sosial Sparta juga mencakup hubungan antara penduduk asli Sparta dan budak yang disebut sebagai helots.

Setiap warga Sparta umumnya didampingi oleh tujuh orang budak yang berperan sebagai pembantu dalam menjalankan tugas-tugas sehari-hari.

Pekerjaan lain, seperti berdagang dan kerajinan besi, dapat dilakukan oleh warga Yunani biasa yang memilih tinggal di Sparta.

Ketika seorang lelaki Sparta mencapai usia dewasa, dia akan diberikan sebidang tanah dan beberapa budak untuk membantu mengelolanya.

Budak-budak Sparta berperan penting dalam ekonomi dan kehidupan kota.

Dengan begitu, Sparta dapat lebih fokus pada pengembangan militer mereka.

Sistem pemerintahan Sparta

Sparta menganut sistem pemerintahan Diarki, yang berarti negara ini dipimpin oleh dua raja dari dua keluarga berbeda, yaitu keluarga Agiads dan keluarga Eurypontid.

Kedua raja ini memiliki kewenangan yang sama dalam pemerintahan.

Terdapat juga dua badan pemerintahan yang memiliki otoritas signifikan melebihi raja-raja tersebut, yaitu Ephors dan Georusia sebagai dewan penentu kebijakan negara Sparta.

Pengembangan militer Sparta

Salah satu tradisi yang mencerminkan komitmen Sparta terhadap kehidupan militer adalah pendidikan militer Agoge.

Pendidikan ini dimulai sejak seorang anak lahir. Agoge merupakan program yang sangat ketat bertujuan untuk mendidik dan melatih fisik serta mental mereka.

Selama program ini, mereka akan diajari berbagai keterampilan, termasuk ilmu bertahan hidup di alam liar, disiplin, pelatihan dalam pertarungan, dan nilai-nilai komunitas Sparta.

Anak perempuan yang baru lahir diizinkan untuk tetap hidup, sedangkan anak laki-laki akan diperiksa secara ketat.

Jika ada kecacatan atau ketidakcocokan dengan standar Sparta, anak laki-laki akan ditinggalkan di dasar gunung karena dianggap tidak pantas untuk menjadi bagian dari masyarakat Sparta.

Proses militer dimulai ketika seorang anak laki-laki telah berusia tujuh tahun dan kemudian diminta untuk meninggalkan rumah dan masuk ke dalam asrama militer.

Anak-anak tersebut dikirim ke rawa-rawa untuk mencabut alang-alang yang nantinya akan digunakan sebagai alas tidur.

Anak-anak ini diberikan makanan yang sangat terbatas dan hanya diizinkan dua kali mandi dalam setahun dengan air dingin.

Ketika mereka mencapai usia 12 tahun, semua pakaian disita dan hanya diberikan satu jubah yang berfungsi sebagai baju satu-satunya sekaligus selimut untuk tidur.

Pada usia 16-17 tahun, anak-anak akan diasingkan ke hutan selama beberapa pekan, sehingga mereka harus merampok dan membunuh budak-budak.

Jika tertangkap selama masa pengasingan itu, mereka akan menghadapi hukuman yang keras.

Program pelatihan ini bertujuan untuk mengenalkan mereka pada kerasnya medan perang.

Namun, pelatihan di Sparta tidak hanya berfokus pada aspek fisik, melainkan juga pada kemampuan komunikasi, sosialisasi, dan semangat kolektif.

Lulusan dari program Agoge ini dijuluki sebagai "tembok Sparta" oleh Lycurgus.

Lycurgus percaya bahwa pertahanan sejati tidak boleh bergantung pada tembok batu, melainkan harus berasal dari semangat dan keterampilan militer warganya sendiri.

Kejatuhan militer Sparta

Walaupun berhasil mendominasi Yunani Kuno selama beberapa generasi, seiring waktu kekuatan militer Sparta mulai meredup saat munculnya Kota Thebes dan Kerajaan Makedonia.

Sparta memang memiliki prajurit dengan kualitas individu yang sangat tinggi. Namun, dalam hal struktur dan teknologi militer, Sparta tidak lebih baik dari kota-kota Yunani lainnya.

Keunggulan militer Sparta sebenarnya terletak pada kualitas komando jenderal-jenderal yang sangat terlatih.

Namun, pada akhirnya, kualitas individu prajurit Sparta kalah dari inovasi dan taktik yang lebih baik.

Di Thermopylae, ketika Persia mengetahui celah rahasia untuk mengepung posisi Sparta, mereka berhasil mengalahkan formasi pasukan militer yang sebelumnya tidak terkalahkan itu.

Dominasi Sparta terus tergerus seiring waktu, terutama ketika kota Thebes berhasil mengalahkan mereka pada 371 SM.

Sparta juga tidak lagi menjadi kekuatan besar saat Raja Philip II dari Makedonia membentuk Liga Korintus. Akhirnya, Sparta jatuh di bawah penaklukan Romawi pada abad ke-2 SM.

Referensi:

  • Hammond, N. G. (1996). Sparta at Thermopylae. Historia: Zeitschrift fur Alte Geschichte, 1-20.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/09/05/150000779/mengenal-pasukan-sparta-militer-terbaik-yunani-kuno

Terkini Lainnya

Hasil Perlawanan Pangeran Antasari

Hasil Perlawanan Pangeran Antasari

Stori
Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Stori
Jumlah Pasukan Perang Badar

Jumlah Pasukan Perang Badar

Stori
Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Stori
Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Stori
Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Stori
Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Stori
Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Stori
Sejarah Kelahiran Jong Java

Sejarah Kelahiran Jong Java

Stori
7 Fungsi Pancasila

7 Fungsi Pancasila

Stori
Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Stori
JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

Stori
Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Stori
Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Stori
Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke