Saat mengikuti ujian wartawan, ia berhasil merangkum berita satu kolom menjadi hanya 27 kata, sedangkan pesaing-pesaingnya rata-rata menggunakan lebih dari 30 kata.
Hasilnya, ia terpilih sebagai wartawan perang untuk surat kabar ternama, The New York Herald Tribune.
Sebagai upaya untuk memastikan kelancaran tugasnya sebagai wartawan, ia juga dianugerahi pangkat mayor oleh Panglima Perang Amerika Serikat.
Salah satu karyanya yang paling fenomenal saat menjadi wartawan adalah sebuah liputan perundingan damai antara Perancis dan Jerman di Perang Dunia I.
Perundingan tersebut sangat rahasia dan dijaga ketat, tetapi Sosrokartono berhasil meliput momen itu dengan cermat dan akurat yang membuatnya menjadi sangat populer.
Setelah Perang Dunia I berakhir, Panji Sosrokartono berhenti dari pekerjaannya sebagai wartawan dan beralih menjadi ahli bahasa untuk kedutaan Perancis di Den Haag, Belanda.
Keahliannya dalam berbahasa membuatnya menjadi aset berharga dalam urusan diplomatik.
Sosrokartono juga pernah bekerja sebagai kepala penerjemah di Liga Bangsa-Bangsa yang kemudian menjadi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Perannya Liga Bangsa-Bangsa sangat penting dalam memfasilitasi komunikasi antara negara-negara anggota yang berbicara dalam berbagai bahasa.
Panji Sosrokartono menjadi salah satu tokoh terkemuka yang membantu menjembatani pemahaman antarbangsa.
Baca juga: 5 Rekomendasi Film Berlatar Perang Dunia 1 dan 2
Setelah kembali ke Indonesia pada 1925, Panji Sosrokartono sempat mengajar sebagai guru di Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara.
Namun, intervensi kolonial membuatnya keluar dari Taman Siswa.
Panji Sosrokartono kemudian memutuskan untuk mendirikan rumah penyembuhan yang diberi nama "Dar Oes Salam".
Tempat ini berfungsi sebagai klinik pengobatan alternatif dengan menggunakan air putih yang diberi doa.
Tindakan ini mencerminkan sisi kebatinan dan spiritualitasnya yang mendalam.
Terdapat aksara Jawa di samping makamnya yang bertuliskan, "Soegih tanpo bondo, digdojo tanpo adji, ngaloerog tanpo bolo, menang tanpo ngasoraken".
Pesan ini mengartikan semangat perjuangan dan tekad untuk mencapai keberhasilan melalui usaha, belajar, dan kerja keras tanpa merugikan atau menghancurkan hal lain.
Referensi: