Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benteng Lohayong, Ditinggalkan Belanda Karena Gempa

Kompas.com - 15/08/2023, 14:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sumber Kemdikbud

KOMPAS.com - Benteng Lohayong adalah benteng pertahanan peninggalan Belanda di Pulau Solor, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Bangunan bersejarah ini pernah menjadi saksi bangsa Portugis dan Belanda yang senantiasa berebut dominasi di Solor, yang merupakan bandar perdagangan penting di NTT.

Setelah sempat menjadi rebutan, Benteng Lohayong pada akhirnya ditinggalkan karena gempa bumi yang kerap mengguncang wilayah ini pada abad ke-17.

Baca juga: Benteng Revenge, Dibangun Setelah Belanda Balas Dendam

Sejarah Benteng Lohayong

Melansir laman Kemdikbud, pembangunan Benteng Lohayong didorong oleh posisi Solor yang menjadi bandar perdagangan penting di sekitar Laut Sawu, karena terletak di persimpangan jalur laut antara Kepulauan Maluku dan NTT.

Di Solor, kapal-kapal biasanya berlabuh untuk menunggu musim yang aman untuk melanjutkan pelayaran.

Karena posisinya itu, pelabuhan-pelabuhan di sekitar Solor sudah disinggahi oleh banyak pedagang Portugis dan Belanda sejak abad ke-16.

Pada 1602, Belanda mendirikan kongsi dagang VOC, yang berambisi menguasai Nusantara.
VOC pertama kali menyerang Solor pada 1613, di bawah pimpinan Kapten Apollonius Schotte, dan berhasil menguasainya.

Setelah itu, VOC mendirikan benteng pertahanan yang lebih kuat di bekas benteng Portugis.

Benteng yang dibangun oleh Van Raemburch inilah yang kemudian dikenal sebagai Benteng Lohayong atau Benteng Henricus.

Baca juga: Benteng Hollandia, Monitor Aktivitas Perdagangan Pala

Denah Benteng Lohayong di Solor, Nusa Tenggara Timur.Kemdikbud Denah Benteng Lohayong di Solor, Nusa Tenggara Timur.
Diperebutkan Belanda dan Portugis

Benteng Lohayong berdenah bujur sangkar dan memiliki empat bastion di setiap sudutnya.

Pada 1629, VOC kalah bersaing dari Portugis di kawasan Laut Sawu, sehingga harus meninggalkan Solor.

Portugis menduduki Benteng Lohayong selama sekitar dua dekade, karena pada 1640-an, VOC melakukan serangan dan berhasil menancapkan kekuasaannya lagi.

Baca juga: Benteng Nassau, Saksi Bisu Pembantaian Banda

Namun, kedudukan VOC segera digoyahkan oleh gempa bumi yang mengguncang Solor pada 2 Februari 1648.

Guncangan gempa membuat dinding-dinding benteng runtuh dan meriam yang ada pun terlempar dari tempatnya.

Gempa saat itu juga memakan empat korban jiwa, termasuk anak dari komandan benteng, Hendrik ter Horst.

Gempa susulan yang sering terjadi di Solor membuat usaha VOC untuk memperbaiki Benteng Lohayong terasa sia-sia.

Oleh sebab itu, VOC memilih meninggalkan Solor dan menelantarkan Benteng Lohayong.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com