Dalam masyarakat Indonesia ada struktur yang berlaku, yaitu relasi ulama (representasi dari pemimpin agama), umara (pemerintahan, baik desa maupun negara), dan umat (warga negara).
Memang dalam perbincangan ilmu politik di Indonesia, ada pemisahan yang tegas antara negara dan agama. Mulai dari Driyarkara, Mukti Ali, Munawir Sjadzali, Abdurrahman Wahid, Nurcholish Madjid, Azyumardi Azra, Yudian Wahyudi, Teha Sumartana, Yahya Cholil Staquf, Yaqut Cholil Qoumas, Kuntowijoyo semua sepakat bercampurnya agama dan politik berbahaya. Politik identitas sama bahayanya.
Namun dalam masyarakat Indonesia peran dan fungsi agama dalam struktur sosial kita tidak hilang serta merta. Agama masih bertahan dengan fungsi tertentu.
Ulama merupakan representasi dari mereka yang menguasai ilmu dan ritual. Umara mewakili dari mereka yang dipillih oleh rakyat dalam prosedur demokrasi. Keduanya akhirnya berhungan erat dengan umat.
Umat bergantung pada ulama secara informal, pengajian, misa, puja, dan lain-lain. Umat secara formal memilih dan diperintah umara.
Sejak dua atau lima ribu tahun lalu, di Mesir Kuno para pendeta itu diangkat oleh Fir’aun, para raja. Mereka menguasai seluruh ilmu pengatahuan. Ilmu kedokteran, bintang, pertanian, obat-obatan, arsitektur dikuasai oleh para pendeta dan ilmuwan di bawah raja.
Rakyat hidup dengan tergantung pada pertanian di sekitar sungai Nil. Raja berperang dan membuat damai dengan kerajaan-kerajaan sekitar. Jika damai, rakyat menikmatinya. Jika perang, rakyat direkrut menjadi tentara.
Kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara menunjukkan hal yang sama. Para biksu atau pedande membantu para raja.
Candi-candi tua di sekitar Yogyakarta, baik Hindu atau Buddha masih menyisakan catatan bahwa para raja tergantung para pendeta.
Rakyat adalah umat yang diatur secara hukum agama oleh pendeta dan diatur hukum negara oleh para raja.
Eropa Abad pertengahan juga sama. Gereja bekerjasama dengan kerajaan-kerajaan soal pajak dan perang.
Bahkan sampai sekarang, sebagian pajak rakyat masuk gereja melalui sistem resmi negara. Maka tidak beragama berarti tidak membayar pajak ke gereja. Itu makna di Eropa.
Saat ini agama hadir dengan cara yang berbeda, tetapi fungsi kurang lebih sama. Bergeser pun, sedikit.
Kerjasama antara ulama, umara, dan umat masih relevan. Ulama tidak hanya ahli ilmu agama, tetapi intelektual, cendikiawan, ilmu apapun agama atau sains, termasuk ulama. Umara adalah pemerintah kita. Umat adalah para jamaah.
Haji adalah kerjasama antara umara, umat, dan ulama. Umara adalah stuktur pengurus haji. Ulama adalah kiai, ustadz, dokter, dan penguasa ilmu-ilmu lain. Umat menerima layanan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.