KOMPAS.com - Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, berbagai pertempuran terjadi di sejumlah daerah.
Salah satunya pertempuran di Sulawesi Selatan.
Pertempuran di Sulawesi Selatan dipimpin oleh Sultan Hasanuddin, raja Gowa ke-16 yang memerintah sejak 1653 hingga 1670.
Berikut ini perjuangan melawan penjajah di Sulawesi Selatan.
Di bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin, Belanda sudah menguasai banyak kerajaan kecil di Nusantara.
Kendati begitu, hal ini tidak membuat Sultan Hasanuddin menyerah.
Bukannya tunduk pada Belanda, Sultan Hasanuddin justru mengumpulkan kerajaan-kerajaan kecil lainnya untuk bergabung dan berjuang bersama melawan penjajahan Belanda.
Akibatnya, terjadi pertempuran antara Kerajaan Gowa dengan pemerintahan VOC Belanda pada 1660.
Meskipun dalam perang ini Belanda dibantu oleh Kerajaan Bone, Sultan Hasanuddin tetap unggul dan berhasil menaklukkan mereka.
Bahkan Sultan Hasanuddin bersama pasukannya berhasil merebut dua kapal Belanda, yaitu Leeuwin dan De Walfis.
Karena tidak terima dengan kekalahannya, Belanda mengirim pasukan dengan jumlah yang lebih besar di bawah komando Cornelis Spellman.
Pertempuran sengit pun kembali terjadi selama berbulan-bulan, sebelum akhirnya Kerajaan Gowa menyerah karena kekurangan pasukan.
Pada akhirnya, Sultan Hasanuddin terpaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada 18 November 1667.
Namun, karena Sultan Hasanuddin merasa dirugikan dengan isi Perjanjian Bongaya, ia memutuskan untuk menyerang kembali Belanda pada 12 April 1668.
Namun sayangnya, pasukan Belanda terlalu kuat sehingga pertahanan Kerajaan Gowa di Benteng Somba Opu berhasil diambil alih.