Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soekarno Mandor Romusha, Bagaimana Faktanya?

Kompas.com - 17/06/2023, 06:00 WIB
Susanto Jumaidi,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Romusha merupakan salah satu kebijakan yang diterapkan oleh Jepang ketika menjajah Indonesia pada akhir paruh pertama abad ke-20.

Kebijakan kerja paksa ini menyisakan ragam kisah kelam.

Dalam mempekerjakan pribumi, Jepang tidak mengindahkan sisi kemanusian. Rakyat dipaksa kerja dalam kondisi kelaparan dan sakit, hingga jatuh ribuan korban jiwa.

Pada kala itu, setiap keluarga wajib menyerahkan satu anak laki-lakinya kepada Jepang untuk dijadikan pekerja paksa.

Peristiwa Romusha tersebut masih tersimpan rapi dalam memori kolektif para pelaku sejarah dan buku-buku sejarah Indonesia.

Di tengah kekejaman masa Romusha, muncul nama Soekarno yang digadang sebagai "mandor" dalam program kerja paksa tersebut. Bagaimana kebenarannya?

Baca juga: Apa Itu Romusha?

Kerja sama dengan Jepang

Perlu dipahami lebih dulu, dalam upaya pergerakan menuju kemerdekaan, ada dua macam pola umum perjuangan, yaitu kooperatif dan nonkooperatif.

Kooperatif merupakan upaya menuju kemerdekaan yang dilakukan dengan cara bekerja sama dengan pihak kolonial dengan harapan dapat mencapai tujuan secara damai.

Hal ini diterapkan oleh beberapa tokoh pergerakan masa Jepang, misal oleh dua tokoh besar yaitu Hatta dan Soekarno.

Mereka berjuang melalui organisasi politik Jepang dengan harapan dapat mempengaruhi para petinggi Jepang ketika banyak tokoh pergerakan radikal yang tertangkap.

Baca juga: Tokoh-tokoh Perjuangan Kooperatif Masa Pendudukan Jepang

Keterlibatan Soekarno

Istilah mandor yang dikaitkan dengan Soekarno dan Romusha mungkin dapat diartikan sebagai orang yang mengakomodasi, mengajak, mengirim, menarik rakyat dalam kerja paksa.

Kala itu, Jepang mendirikan organisasi Putera (Pusat Tenaga Kerja) pada 1942 yang diketuai oleh Soekarno, dan dibantu oleh Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Mas Mansyur.

Jepang memilih tokoh-tokoh tersebut dengan harapan harapan dapat menarik simpatisan pribumi karena mereka adalah tokoh besar Indonesia.

Lembaga tersebut bertujuan salah satunya untuk menarik dan mengakomodasi tenaga kerja rakyat untuk diperkerjakan memenuhi kebutuhan Jepang.

Praktik kerja romusha Jepang masa itu tidak saja diperkerkerjakan di Indonesia, namun juga ke negera seberang seperti di Birma untuk membangun jalur keret api.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com