Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terowongan Niyama Romusha: Sejarah, Pembangunan, dan

Kompas.com - 30/08/2021, 12:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Terowongan Niyama Romusha dikerjakan pada zaman pendudukan Jepang di Indonesia, tepatnya Februari 1943. 

Terowongan ini dikerjakan oleh ribuan romusha atau pekerja paksa, tujuannya adalah untuk mengalirkan banjir ke Samudra Hindia. 

Pemrakarsa pembangunan terowongan ini adalah Residen Enji Kihara, lulusan Akademi Militer Jepang. 

Awal mula tercetus ide pembangunan terowongan Niyama adalah karena meluapnya Sungai Brantas yang merendam 150 desa serta 9.000 rumah di Kabupaten Tulungagung.

Baca juga: Bendera Pusaka Pernah Hilang, Ini Ceritanya

Latar Belakang

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, tepatnya 17 November 1942, Sungai Brantas meluap. 

Akibatnya, sebanyak 150 desa dan 9.000 rumah terendam. 

Luapan air ini juga menghancurkan areal pertanian. Genangan air di daerah hilir membentuk tanah berawa yang luas, yang disebut campur darat oleh penduduk setempat.

Guna mengatasi masalah tersebut, pemerintah Karesidenan Kediri membangun sebuah terowongan melalui wilayah perbukitan untuk menguras air yang masih menggenang di rawa-rawa ke Samudra Hindia. 

Selain itu, terowongan ini juga diharapkan dapat menjaga kesuburan tanaman padi yang sedang diintensifkan oleh Jepang untuk menyuplai makanan tentaranya di medan perang. 

Pemrakarsa pembangunan terowongan ini adalah Residen Enji Kihara, lulusan Akademi Militer Jepang yang pernah menjabat Kepala Departemen Pembangunan Kantor Gubernur Jenderal di Taiwan. 

Akhirnya, pembangunan mulai dilakukan pada Februari 1943.

Baca juga: Mengapa Orang Belanda Membenci Soekarno?

Proses Pembangunan

Zaman kedudukan Jepang di Indonesia, banyak penduduk yang dijadikan romusha (pekerja paksa). 

Dalam pengerjaan proyek ini, sebuah koperasi irigasi diorganisasikan di bawah pangreh praja yang bertanggung jawab atas pencarian buruh dan pengamanan dana pembangunan. 

Proyek terowongan ini membutuhkan 20.000 romusha dengan dana total 750 ribu, sebanyak 300 ribu disediakan karesidenan dan sisanya disediakan pemerintah militer. 

Beberapa bulan pertama, proses pekerjaan berjalan lancar dengan mempekerjakan lebih dari 10.000 romusha.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com