Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Suhita, Raja Keenam Kerajaan Majapahit

Kompas.com - 11/06/2023, 06:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sri Suhita adalah raja keenam Kerajaan Majapahit yang memerintah sejak 1429 hingga 1447.

Sebagai raja, Sri Suhita dikenal sebagai sosok yang pendendam. Hal ini dibuktikan dengan hukuman penggal yang ia berikan kepada Raden Gajah (Bhra Narapatih).

Raden Gajah adalah pengikut Wikramawardhana, ayah Sri Suhita sekaligus raja kelima Kerajaan Majapahit.

Pasalnya, Raden Gajah adalah orang yang sudah membunuh kakek dari Sri Suhita, Bhre Wirabhumi saat Perang Paregreg terjadi.

Baca juga: Perang Paregreg, Perang Saudara Penguasa Majapahit

Penobatan Sri Suhita

Sri Suhita adalah putri dari pasangan Wikramawardhana dan Bhre Daha II (putri Bhre Wirabhumi).

Setelah sang ayah meninggal, Sri Suhita naik tahta sebagai Raja Majapahit VI dengan gelar Bhatara Parameswara pada 1429.

Selama memimpin, Sri Suhita didampingi oleh suaminya, Bhra Hyang Parameswara Ratna Pangkaja.

Menurut Pararaton, Ratna Pangkaja yang bernama asli Parameswara atau Aji Ratnapangkaja, adalah anak dari Surawardhani (Bhre Kahuripan) yang merupakan adik dari Wikramawardhana.

Sementara itu, ayahnya adalah Raden Sumirat (Bhre Pandansalas) bergelar Ranamanggala.

Masa kepemimpinan Sri Suhita

Pada masa kepemimpinannya, ada dua peristiwa penting yang terjadi, yaitu:

  • Menjatuhkan hukuman mati kepada Bhra Narapati
  • Mengangkat Arya Teja sebagai pemimpin masyarakat China di Tuban

Menjatuhkan hukuman mati kepada Bhra Narapati

Pada 1433, Sri Suhita membalaskan dendamnya atas kematian Bhre Wirabhumi, kakeknya, dengan menghukum mati Raden Gajah (Bhra Narapati) dengan cara memenggal kepalanya.

Sayangnya, tidak banyak informasi yang didapat mengenai Raden Gajah.

Namun sejumlah catatan sejarah mengatakan, bahwa Raden Gajah adalah pengikut Wikramawardhana, ayah Sri Suhita.

Baca juga: Asal-usul Nama Majapahit

Mengangkat Arya Teja sebagai pemimpin masyarakat China di Tuban

Peristiwa penting lain yang terjadi adalah diangkatnya Arya Teja sebagai pemimpin China di Tuban.

Menurut Kronik Cina, ia bernama Gan-eng-cu.

Arya Teja adalah ayah dari Tumenggung Wilwatikta atau kakek dari Raden Said (Sunan Kalijaga) yang pada masa pemerintahan Raden Patah di Kesultanan Demak menjabat sebagai Majelis Dakwah Wali Songo.

Merujuk pada Babad Tuban, disebutkan bahwa Arya Teja bukan seorang pribumi Jawa, melainkan berasal dari kalangan masyarakat Arab dan merupakan seorang ulama yang masih memiliki hubungan saudara dengan Sunan Ampel.

Baca juga: Mengapa Raden Rahmat Dikenal dengan Nama Sunan Ampel?

Wafat

Setelah lebih dari 10 tahun berkuasa, Sri Suhita meninggal dunia pada 1447.

Karena Sri Suhita tidak memiliki seorang putra, maka tahtanya digantikan oleh sang adik kandung, Dyah Kertawijaya.

Sejumlah pendapat mengemukakan bahwa setelah wafat, dilakukan pencandian terhadap Sri Suhita.

Pencandian ini termuat di dalam Serat Pararaton, yang berbunyi:

Badinga Parameswara wafat, ia wafat di Wisnu Bawana, pada tahun Saka: Ular Golongan Api Bulan, atau tahun: 1359 (Saka), dicandika di Singajaya.

 

Referensi:

  • Achmad, Sri Wintala. (2019). Sejarah Raja-raja Majapahit. Yogyakarta: Araska.
  • Adji, Krisna Bayu. (2018). Ensiklopedi Raja-raja dan Istri-istri Raja di Tanah Jawa. Yogyakarta: Araska Publisher.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com