Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Candi Penampihan di Tulungagung

Kompas.com - 22/05/2023, 19:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sumber Kemdikbud

KOMPAS.com - Candi Penampihan merupakan kompleks percandian Hindu yang berada di lereng Gunung Wilis.

Secara administratif, situs ini terletak di Desa Geger, Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

Di Candi Penampihan terdapat dua prasasti yang berasal dari periode berbeda, yakni dari abad ke-9 dan abad ke-13.

Karena keberadaan dua prasasti itu, situs percandian ini dikaitkan dengan Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah dan Kerajaan Singasari di Malang, Jawa Timur.

Berikut sejarah dan fungsi Candi Penampihan.

Baca juga: Sejarah Candi Deres di Jember

Kondisi Candi Penampihan

Candi Penampihan merupakan sebuah kompleks percandian yang didirikan di tanah berundak yang terdiri dari tiga teras.

Pada teras pertama, terdapat bangunan berbentuk silinder seperti sumur, yang tersusun atas sepuluh lapis bata.

Di atas bangunan ini terdapat prasasti dari batu andesit yang bertarikh 820 Saka atau 898 Masehi, dan temuan lepas lain seperti arca, batu tegak, serta batu bulat.

Pada teras kedua, tidak dijumpai reruntuhan candi maupun benda-benda arkeologi lainnya.

Sedangkan di teras ketiga, terdapat candi induk yang menggambarkan seekor kura-kura menghadap barat, yang sedang menopang gunung yang dililit ular.

Di sebelah kanan candi induk, ditemukan reruntuhan fondasi bangunan, dan di depan candi induk terdapat dua candi perwara atau candi pendamping.

Dua candi perwara tersebut dihiasi relief burung garuda, kancil, serta relief dua ekor gajah dan satu ekor kerbau menarik bajak yang dikendalikan seorang laki-laki.

Baca juga: Sejarah Candi Ronggeng di Ciamis

Sejarah Candi Penampihan

Terdapat beberapa versi cerita mengenai sejarah Candi Penampihan.

Oleh masyarakat sekitar, candi ini sering disebut Candi Asmarabangun, karena pembangunannya dipercaya berkaitan dengan seorang tokoh yang tengah dilanda asmara.

Konon, pada zaman dulu hidup seorang pejabat di daerah Ponorogo, Jawa Timur, yang ingin melamar Dewi Kilisuci dari Kerajaan Kediri.

Di perjalanan, pejabat tersebut menugaskan seorang utusan untuk berangkat lebih dulu dan menyampaikan maksud kedatangan rombongannya.

Utusan tersebut kembali dengan berita buruk, bahwa Dewi Kilisuci menolak lamaran.

Mendengar penolakan itu, sang pejabat tidak ingin pulang. Ia memilih mendirikan sebuah bangunan suci dan menghabiskan hidupnya di tempat tersebut.

Bangunan suci itulah yang kini dikenal sebagai Candi Penampihan. Dalam Bahasa Jawa, penampihan berasal dari kata "nampi" yang artinya menerima.

Namun, ada pula yang berpendapat bahwa Penampihan berasal dari kata penampikan atau penolakan, yang berkaitan dengan cerita rakyat penolakan Dewi Kilisuci.

Baca juga: Sejarah Candi Plembutan di Gunungkidul

Candi Penampihan di Tulungagung, Jawa Timur.Kemdikbud Candi Penampihan di Tulungagung, Jawa Timur.
Sejarah Candi Penampihan juga dapat ditelusuri dari dua prasasti yang ditemukan di situs ini.

Pada bangunan yang ada di teras pertama, terdapat prasasti batu bertarikh 820 Saka atau 898 Masehi.

Penanggalan pada prasasti tersebut berasal dari masa pemerintahan Rakai Watukura Dyah Balitung (898-910) di Kerajaan Mataram Kuno periode Jawa Tengah.

Kendati demikian, sejumlah ahli menyatakan bahwa prasasti tersebut adalah sebuah prasasti tinulad atau tiruan, yang sebenarnya berusia lebih muda.

Pembuatan prasasti ini hanya sebagai unsur legitimasi bahwa raja Dyah Balitung telah meluaskan kekuasaaanya hingga ke Jawa Timur.

Di samping prasasti batu, di situs Candi Penampihan juga ditemukan prasasti dari tujuh lempengan tembaga yang disebut Prasasti Penampihan atau Prasasti Sarwadharma.

Prasasti Penampihan dikeluarkan pada 31 Oktober 1269, atau pada masa pemerintahan Raja Kertanegara dari Kerajaan Singasari.

Baca juga: Candi Gana, Warisan Dunia di Prambanan yang Tersembunyi

Fungsi Candi Penampihan

Berdasarkan peninggalan arkeologi yang ditemukan, dapat diketahui bahwa Candi Penampihan berlatarbelakang agama Hindu.

Melansir laman Kemdikbud, fungsi Candi Penampihan dihubungkan dengan masalah pemujaan.

Pada prasasti tembaga, diceritakan pula bahwa Raja Kertanegara mengubah upacara keagamaan yang dikaitkan dengan ajaran Tantrayana.

Sedangkan dari situs resmi Pemkab Tulungagung, disebutkan bahwa Candi Penampihan merupakan candi pemujaan dengan tiga teras yang dipersembahkan untuk memuja Dewa Siwa.

Konon, peresmian candi ini dimeriahkan dengan pertunjukan wayang.

Diperkirakan Candi Penampihan telah digunakan sebagai tempat pemujaan dari zaman Kerajaan Mataram Kuno, dan terus digunakan di era Kerajaan Kediri, Kerajaan Singasari, serta Kerajaan Majapahit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com