KOMPAS.com - Buyuang Dama adalah sebuah cerita rakyat yang berasal dari Nagari Rambatan, Sumatera Barat.
Cerita ini mengisahkan tentang sepasang suami istri yang setelah lama menikah masih belum juga dikaruniai seorang anak.
Sampai akhirnya, harapan mereka untuk memiliki buah hati pun tercapai. Mereka memiliki seorang anak yang berukuran sebesar buah dama, sesuai seperti yang diinginkan.
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, ukuran sang anak tidak pernah berubah.
Ia tidak bisa berbuat apa-apa selain duduk dan bermain di rumah sembari menunggu kedua orang tuanya bekerja.
Bagaimana kisah lengkap dari cerita rakyat Buyuang Dama?
Baca juga: Cerita Rakyat Jajak Kaki Dt. Sati
Di Nagari Rambatan, hidup sepasang suami istri yang sudah lama tidak dikaruniai anak.
Suatu hari, setelah selesai bekerja, sang istri duduk sambil termenung di sebuah pondok bambu.
Ia pun berdoa kepada Tuhan agar segera dikaruniai anak, meskipun hanya sebesar buah Dama pun tidak menjadi suatu masalah.
Tidak berselang lama setelah mengucap doa tersebut, sang istri pun langsung dikaruniai seorang putra.
Rupanya, putra yang ia lahirkan juga sesuai dengan permintaannya, yakni berukuran hanya sebesar buah dama.
Oleh sebab itu, sang istri dan suami menamai anak mereka dengan nama Buyuang Dama.
Hari demi hari pun terus berlalu, tetapi ukuran Buyuang Dama tidak pernah berubah.
Bahkan, Dama tidak bisa berbuat apa-apa selain duduk di rumah dan bermain sembari menunggu kedua orang tuanya pulang bekerja.
Namun, kendati demikian, kedua orang tuanya tidak pernah menyesali kekurangan yang dimiliki oleh putra semata wayangnya tersebut.
Akhirnya, seiring berjalannya waktu, Buyuang Dama tumbuh dewasa dengan ukuran tubuh masih sebesar buah dama.
Karena bentuk tubuhnya yang kecil, Buyuang Dama kerap dicemooh oleh teman-temannya.
Terlebih, banyak dari mereka yang sudah bekerja dan menikah. Hal ini kemudian membuat Buyuang Dama juga ingin memulai kehidupan berumah tangga.
Buyuang Dama pun menyampaikan keinginannya kepada sang ibu dan ayahnya.
Mendengar permintaan Dama, kedua orang tuanya pun tampak kebingungan karena mereka sadar bahwa anaknya tidak sempurna.
Tidak berhenti di situ, sang ibu dan ayah semakin dibuat bingung setelah tahu bahwa Buyuang Dama ingin menikah dengan seorang putri raja.
Kebetulan, pada saat itu ada seorang raja yang memiliki tiga orang putri bernama Puti Tuo, Puti Tangah, dan Puti Bungsu.
Beberapa hari setelahnya, Buyuang Dama menyuruh sang ibu pergi ke istana raja untuk melamar putrinya yang paling besar, yaitu Puti Tuo.
Awalnya, sang ibu merasa tidak sanggup untuk memenuhi keinginan anaknya tersebut. Akan tetapi, karena rasa sayangnya masih jauh lebih besar, sang ibu pun menuruti keinginan Buyuang Dama.
Sayangnya, begitu sampai di istana raja, sang ibu langsung dicaci maki oleh Puti Tuo dan ia menolak lamaran si Buyuang Dama.
Sang ibu pun terpaksa pulang dengan perasaan kecewa.
Sementara itu, Buyuang Dama sama sekali tidak merasa sedih setelah lamarannya ditolak.
Justru Buyuang Dama kembali menyuruh ibunya untuk melamar putri kedua raja, yaitu Puti Tangah.
Keesokan harinya, dengan penuh ketakutan sang ibu kembali ke istana raja untuk melamar Puti Tangah.
Namun, lagi-lagi lamaran tersebut ditolak.
Baca juga: Cerita Rakyat Batu Prasasti Pagaruyung I
Sesampainya di rumah, sang ibu menyampaikan kepada Buyuang Dama bahwa lamarannya telah ditolak.
Akan tetapi, Buyuang Dama tidak menyerah. Ia bertekad kembali menyuruh ibunya pergi ke istana untuk melamar putri ketiga raja, Puti Bungsu.
Beruntungnya, lamaran tersebut diterima oleh Puti Bungsu.
Puti Bungsu mengatakan bahwa ia bersedia menerima Buyuang Dama apa adanya.
Beberapa hari setelahnya, acara pernikahan pun diadakan di istana raja.
Namun, di tengah-tengah acara pernikahan berlangsung, sesuatu yang janggal terjadi.
Buyuang Dama tiba-tiba berubah menjadi seorang pria dewasa berperawakan gagah dengan wajah yang sangat tampan.
Tidak lama setelahnya, datang seekor kuda turun dari langit dengan membawa pakaian raja serta emas yang sangat melimpah.
Singkat cerita, Buyuang Dama pun berubah menjadi raja yang gagah dan tampan.
Melihat perubahan Buyuang Dama, Puti Tuo dan Puti Tangah merasa sangat menyesal karena telah menolak lamarannya.
Sementara itu, Buyuang Dama dan Puti Bungsu telah hidup berbahagia bersama.
Referensi: