KOMPAS.com - Batu Prasasti Pagaruyung I adalah salah satu prasasti yang berisi informasi mengenai Raja Adityawarman.
Adityawarman adalah Raja Kerajaan Melayu yang berkuasa sejak 1347 hingga 1375 M.
Batu Prasasti Pagaruyung I memiliki bentuk persegi empat dengan tinggi 2,06 meter, lebar 1,33 meter, dan tebal 38 centimeter.
Baca juga: Prasasti Ramwi: Lokasi Penemuan dan Isinya
Isi Prasasti Pagaruyung I pada umumnya tentang pujian-pujian akan keagungan dan kebijaksanaan Adityawarman sebagai raja yang kaya akan pengetahuan, khususnya di bidang agama.
Dalam hal ini, agama yang dianut oleh Adityawarman adalah Buddha Bairawa.
Selain itu, tertulis pula pada batu ini penanggalan saat prasasti tersebut dibuat, yang juga menyebutkan siapa nama penulisnya.
Sekitar pada baris ke-20 dan ke-21, nama penulis dari prasasti ini disebutkan, yakni Mpungku Dharmma Dwaja yang bergelar Karuna Bajra.
Kemudian, salah satu isinya juga menyebutkan nama wilayah yang telah berhasil dikuasai oleh Kerajaan Melayu semasa kepemimpinan Adityawarman, yang disebut Swarnnabhumi.
Arti dari Swarnnabhumi adalah tanah emas yang kemudian menjadi petunjuk bahwa daerah tersebut mempunyai tambang emas.
Lebih lanjut, Batu Prasasti Pagaruyung I ini dulunya dinamai Prasasti Bukit Gombak, karena ditemukan di daerah Bukit Gombak.
Oleh masyarakat setempat, batu tersebut difungsikan sebagai alat pendidikan yang masih berlaku sampai saat ini.
Selain itu, batu Prasasti Pagaruyung I juga berfungsi sebagai cerminan terhadap pentingnya struktur sosial adat, khususnya di daerah Tanjung Emas, Sumatera Barat.
Baca juga: Prasasti Kelurak: Isi dan Lokasi Penemuan
Prasasti Pagaruyung I terdiri dari 21 barus tulisan, yang di mana fokus utamanya adalah menjelaskan tentang status kedudukan Adityawarman sekaligus menyebutkan asal-usulnya.
Prasasti yang memiliki tinggi hingga 2 meter ini bertuliskan beberapa teks dari manuskrip yang dipahatkan, sebagai berikut:
Kesimpulannya, pengertian dari teks-teks tersebut adalah pujian-pujian terhadap Raja Adityawarman selama beliau memerintah Kerajaan Melayu.
Referensi: