Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prasasti Kayumwungan: Lokasi Penemuan dan Isinya

Kompas.com - 02/12/2022, 12:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sumber Kemdikbud

KOMPAS.com - Prasasti Kayumwungan juga disebut Prasasti Karang Tengah karena ditemukan di Dusun Karang Tengah, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Prasasti Karang Tengah merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang dibuat pada tahun 746 Saka atau 824 Masehi.

Prasasti Kayumwungan telah terbelah menjadi lima bagian, tetapi kini hanya tersisa dua bagiannya saja.

Saat ini Prasasti Kayumwungan disimpan di Museum Nasional Indonesia.

Baca juga: Prasasti Siwagrha, Bukti Sejarah Candi Prambanan

Isi Prasasti Kayumwungan

Prasasti Kayumwungan ditulis dengan aksara Jawa Kuno dan menggunakan dua bahasa.

Baris 1-24 menggunakan bahasa Sanskerta, sementara sisanya ditulis dalam bahasa Jawa Kuno.

Ketika ditemukan, kondisi Prasasti Kayumwungan sudah terpecah menjadi lima bagian, yaitu a, b, c, d, e.

Bagian yang ada saat ini hanya b dan e, sedangkan tiga bagian lainnya tidak diketahui.

Tulisan pada bagian b Prasasti Kayumwungan sulit dibaca karena telah aus. Sedangkan fragmen e masih cukup jelas, tetapi kalimatnya belum selesai.

Baca juga: Prasasti Kelurak: Isi dan Lokasi Penemuan

Prasasti Kayumwungan atau Prasasti Karang Tengah bagian b peninggalan Kerajaan Mataram Kuno.Kemdikbud Prasasti Kayumwungan atau Prasasti Karang Tengah bagian b peninggalan Kerajaan Mataram Kuno.
Melansir situs Kemdikbud, isi Prasasti Kayumwungan diduga memuat informasti tentang Candi Borobudur dan Candi Mendut.

Pada bagian yang ditulis dalam bahasa Sanskerta, disebutkan terdapat seorang raja bernama Samaratungga.

Putrinya yang bernama Pramodhawardhani telah meresmikan Jinalaya, yang artinya kuil Jain.

Dalam bahasa Sanskerta, Jinalaya dapat merujuk pada alam bagi Sang Buddha yang mampu meninggalkan keinginan duniawi dan mencapai pencerahan yang disebut Jina,
Para ahli menduga bahwa Jinalaya merujuk pada Candi Borobudur.

Prasasti ini juga menyebutkan sebuah bangunan suci Buddha yang disebut Venuvana (hutan bambu) untuk menempatkan abu "raja awan" sebutan untuk Dewa Indra.

Diduga, yang dimaksud Dewa Indra adalah Raja Indra atau Dharanindra dari wangsa Syailendra.

Baca juga: Prasasti Kalasan: Letak dan Isinya

Venuvana oleh arkeolog Belanda JG de Casparis diidentifikasi sebagai Candi Mendut.

Berbeda dengan Soekmono, yang mengidentifikasi Venuvana dengan Candi Ngawen atas dasar persamaan bunyi.

Prasasti Kayumwungan menyebut nama Rakai Patapan pu Palar yang meresmikan sawah di Kayumwungan menjadi tanah sima atau tanah bebas pajak yang dilindungi kerajaan.

Menurut Naskah Wangsakerta, Rakai Patapan pu Palar adalah Rakai Garung, ayah Rakai Pikatan, suami dari Pramodhawardhani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com