Akhirnya, seiring berjalannya waktu, Buyuang Dama tumbuh dewasa dengan ukuran tubuh masih sebesar buah dama.
Karena bentuk tubuhnya yang kecil, Buyuang Dama kerap dicemooh oleh teman-temannya.
Terlebih, banyak dari mereka yang sudah bekerja dan menikah. Hal ini kemudian membuat Buyuang Dama juga ingin memulai kehidupan berumah tangga.
Buyuang Dama pun menyampaikan keinginannya kepada sang ibu dan ayahnya.
Mendengar permintaan Dama, kedua orang tuanya pun tampak kebingungan karena mereka sadar bahwa anaknya tidak sempurna.
Tidak berhenti di situ, sang ibu dan ayah semakin dibuat bingung setelah tahu bahwa Buyuang Dama ingin menikah dengan seorang putri raja.
Kebetulan, pada saat itu ada seorang raja yang memiliki tiga orang putri bernama Puti Tuo, Puti Tangah, dan Puti Bungsu.
Beberapa hari setelahnya, Buyuang Dama menyuruh sang ibu pergi ke istana raja untuk melamar putrinya yang paling besar, yaitu Puti Tuo.
Awalnya, sang ibu merasa tidak sanggup untuk memenuhi keinginan anaknya tersebut. Akan tetapi, karena rasa sayangnya masih jauh lebih besar, sang ibu pun menuruti keinginan Buyuang Dama.
Sayangnya, begitu sampai di istana raja, sang ibu langsung dicaci maki oleh Puti Tuo dan ia menolak lamaran si Buyuang Dama.
Sang ibu pun terpaksa pulang dengan perasaan kecewa.
Sementara itu, Buyuang Dama sama sekali tidak merasa sedih setelah lamarannya ditolak.
Justru Buyuang Dama kembali menyuruh ibunya untuk melamar putri kedua raja, yaitu Puti Tangah.
Keesokan harinya, dengan penuh ketakutan sang ibu kembali ke istana raja untuk melamar Puti Tangah.
Namun, lagi-lagi lamaran tersebut ditolak.
Baca juga: Cerita Rakyat Batu Prasasti Pagaruyung I