KOMPAS.com - Beliung persegi atau kapak persegi merupakan salah satu hasil kebudayaan zaman Neolitikum yang paling menonjol di Indonesia.
Lokasi ditemukannya beliung persegi tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia bagian barat.
Di luar Indonesia, beliung persegi ditemukan di Malaysia, Thailand, Vietnam, Kamboja, Filipina, Taiwan, China, Jepang, dan Polinesia.
Baca juga: Alat Pemukul Kulit Kayu: Fungsi dan Lokasi Penemuannya
Kapak atau beliung persegi berbentuk persegi empat memanjang dan seluruh permukaannya digosok halus, kecuali bagian pangkal yang merupakan tempat ikatan tangkainya.
Bagian ujung pemukaan bawah dan atasnya diasah untuk menciptakan tajaman yang miring seperti pada tajaman pahat buatan masa kini.
Beliung diikatkan secara melintang pada puncak gagang yang menyiku.
Beliung persegi fungsinya cukup beragam, tergantung ukurannya.
Kapak atau beliung persegi berukuran besar digunakan untuk mencangkul dan mengerjakan kayu, sedangkan yang kecil biasanya untuk mengukir atau memahat.
Panjang beliung kecil biasanya sekitar 4 cm, sedangkan yang besar bisa mencapai 25 cm.
Beliung persegi dapat dibuat dari batuan biasa seperti gamping hingga batuan semi permata.
Penggunaan jenis batuan pun kerap menentukan fungsi dari beliung, misalnya sebagai alat kerja pertanian, benda upacara, atau benda pertukaran.
Baca juga: Apakah Kapak Penetak Sama dengan Kapak Perimbas?
Kapak atau beliung persegi peninggalan zaman Neolitikum memiliki banyak versi bentuk.
Beliung yang ditemukan di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Bali, umumnya berupa belincung.
Belincung yaitu beliung punggung tinggi, karena bentuk punggung tersebut penampang lintang berbentuk segitiga, segi lima, atau setengah lingkaran.
Variasi-variasi lain juga banyak ditemukan di Kepulauan Indonesia, tetapi jumlahnya tidak begitu banyak.