BRM Dorodjatun misalnya, yang nantinya dikenal sebagai Sri Sultan Hamengkubuwono IX, dititipkan ke keluarga Belanda tanpa ada pengasuh yang menjaga agar dapat merasakan hidup layaknya masyarakat biasa.
Ketika dewasa, BRM Dorodjatun disekolahkan ke Belanda untuk memaksimalkan potensinya menjadi pemimpin yang cakap dan cerdas.
Pada 1939, Sri Sultan Hamengkubuwono VIII memanggil BRM Dorodjatun agar pulang dari Belanda dan bertemu di Batavia (Jakarta).
Sri Sultan Hamengkubuwono VIII menyerahkan pusaka keraton Kyai Joko Piturun, yang berarti bahwa BRM Dorodjatun telah ditunjuk sebagai penerus takhta Kesultanan Yogyakarta.
Tidak lama setelah itu, tepatnya pada 22 Oktober 1939, Sri Sultan Hamengkubuwono VIII tutup usia di Rumah Sakit Panti Rapih di Yogyakarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.