Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Memanasnya Hubungan AS dan Kuba saat Perang Dingin

Kompas.com - 04/12/2022, 23:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Hubungan Amerika Serikat (AS) dan Kuba telah terjalin sejak lama karena dua negara ini memang letaknya berdekatan.

AS dan Kuba pernah menjadi sekutu, mitra dagang, bahkan sebagai musuh karena berbeda ideologi.

Kuba merupakan bekas koloni utama Spanyol di Kepulauan Karibia yang dikenal sebagai penghasil gula, tembakau, beras, dan kopi, dengan pasar utama AS.

Pada 1898, AS berperan dalam membantu Kuba lepas dari penjajahan Spanyol.

Sejak itu pula, Pemerintah AS sering melakukan intervensi militer dan berinvestasi secara ekonomi di Kuba.

Pada masa Perang Dingin (1947-1991), hubungan kedua negara ini renggang, bahkan di ambang perang nuklir yang dikenal sebagai peristiwa Krisis Rudal Kuba (1962).

Apa penyebab memanasnya hubungan AS dan Kuba pada masa Perang Dingin?

Baca juga: Krisis Rudal Kuba: Latar Belakang dan Akhir

Kemenangan Revolusi Kuba, tersingkirnya AS

Penyebab memanasnya hubungan antara Amerika Serikat dan Kuba pada masa Perang Dingin adalah Kuba menjalin hubungan dengan negara-negara komunis.

Pada 1952, Fulgencio Batista merebut kekuasaan di Kuba melalui kudeta dengan dukungan AS.

Setahun kemudian, Fidel Castro bersama gerakan anti-Amerikanisme mencoba memulai revolusi untuk menggulingkan Batista, tetapi gagal.

Castro sempat melarikan diri dari Kuba setelah itu, tetapi kembali pada Desember 1956 bersama dokter Argentina penganut Marxisme-Leninisme bernama Ernesto "Che" Guevara dan beberapa orang berideologi kiri.

AS mulai khawatir tujuan akhir Castro akan menghancurkan investasi dan properti signifikan AS di Kuba.

Di saat dukungan rakyat Kuba untuk revolusi Castro dalam menggulingkan diktator Batista semakin tinggi, AS mulai menarik dukungannya.

Baca juga: Sejarah KGB, Badan Intelijen Uni Soviet Era Perang Dingin

Pudarnya dukungan AS terhadap Batista terlihat dengan pemberlakuan embargo senjata pada Maret 1958 kepada Pemerintah Kuba.

Pada 1 Januari 1959, Batista melepas jabatan kepresidenannya yang sekaligus menandai kemenangan Revolusi Kuba.

Castro bergerak cepat membangun kekuatannya, yang membuat AS tidak senang.

Terlebih lagi, setelah menasionalisasi properti milik AS, Castro bersekutu dengan Partai Komunis dan bersahabat dengan Uni Soviet, musuh AS selama Perang Dingin.

AS kemudian memutuskan hubungan diplomatik dan ekonomi dengan Kuba, serta memberlakukan embargo perdagangan dan perjalanan.

Pada April 1961, AS melancarkan Invasi Teluk Babi untuk menghancurkan Castro, tetapi gagal.

Ketegangan dua negara kembali memuncak saat pesawat mata-mata AS melintasi langit Kuba pada 14 Oktober 1962 dan mengetahui ada rudal balistik yang tengah dirakit oleh orang-orang Uni Soviet.

Baca juga: Mengapa Invasi Teluk Babi Gagal?

AS tentu khawatir dengan keberadaan senjata nuklir yang hanya berjarak 90 mil dari pantainya itu.

AS kemudian memblokade laut di sekitar Kuba dan menyatakan bahwa pihaknya siap menggunakan kekuatan militer yang diperlukan untuk menetralisir ancaman terhadap negaranya.

Peristiwa yang dikenal sebagai Krisis Rudal Kuba ini membuat semua orang khawatir dunia berada di ambang perang nuklir.

Bagi pihak Soviet, pemasangan rudal di Kuba sebagai cara untuk menyamakan kedudukan dengan AS, yang memiliki senjata nuklir di Eropa Barat dan Turki.

Situasi dapat dikendalikan ketika AS dan Soviet sepakat menandatangani dua perjanjian tekait senjata nuklir.

Sejak itu hingga 1990, hubungan AS dan Kuba masih naik turun. Pada 1991, Perang Dingin berakhir dengan runtuhnya Uni Soviet, yang membuat perekonomian Kuba terdampak hebat karena kehilangan "pelindungnya".

AS juga mengeluarkan sejumlah kebijakan yang seakan sengaja ditujukan untuk menghukum Kuba.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com